Your Love is Everlasting… || by Lee Euhyun ChachaElf

Title                    : Your Love is Everlasting

Author               : Lee Euhyun aka ChaCha

Main Cast         : JongHyun Couple => Kim Jong Woon & Jung Hyun Jin

Support Cast   : Kim Jae Won, Zhou Mi, Choi Yera, Jung Il Woo, Lee Donghae, Lee Euhyun

Genre                : AU, Romance, Angst

Length              : Oneshot

Words               : 9474 words

Rating               : T

Credit Picture : curcesiel.devianART

Disclaimer : This Fanfiction is Mine, my special present for Yesung b’day and Hyun Jin eonnie ^__^

Note : NO BASH! NO PLAGIAT! NO COPAS! NO ANYTHING WITHOUT PERMISSION! DON’T LIKE DON’T OPEN! AFTER OPEN RCL PLEASE ^_^

~HAPPY READING NAE SARANG READERS~

I feel sorry because it will end, not and..

_Hyun Jin’s quotes_

YESUNG POV

Apgujeong-dong Street – Seoul

August, 19th 2012 – 10.00 am KST

“Jadi, kau menerimanya??” tanyaku.

“Entahlah, haruskah??” tanya seorang yeoja yang berjalan disampingku.

“Menurutmu??” tanyaku lagi.

“Bagaimana dengan yang satu lagi??” tanyanya balik padaku.

“Terserah padamu,” jawabku singkat kemudian aku berjalan mendahuluinya menuju sebuah stan es krim.

“YA!! KIM JONG WOON!!” teriak yeoja itu tak kuhiraukan.

“Ahjussi, satu es krim coklat dan satu es krim stroberry,” pesanku.

“Oppaa..” rengek yeoja itu sambil menggelayuti lenganku, wajahnya sangat menggelikan.

“Hhhh… Aku sudah katakan terserah padamu Hyun Jin~ah,” jawabku entah untuk yang keberapa kalinya hari ini.

Yeoja itu, Jung Hyun Jin, adik dari chinguku, Jung Il Woo. Yeoja yang baru datang dari Venesia dua bulan lalu ini sudah ku kenal lebih dari 4,5 tahun yang lalu.

Kami adalah sahabat sejak SMA. Dan sekarang, dengan perubahan besar yang ia bawa setelah pulang dari Venesia, Hyun Jin berhasil menarik perhatian tiga namja sekaligus, walau yang ia sadari dan yang ia pusingkan hanya dua diantara mereka.

Itu wajar, mengingat aku, Kim Jong Woon, yang lebih biasa disapa Yesung oleh teman-temanku, hanyalah seorang pecundang yang tak pernah berani mengungkapkan isi hatiku yang sebenarnya sejak awal kami berkenalan, hhh…

“Yesung oppaaa.. Jeball beri aku saran mana yang terbaik??” tanya Hyun Jin terus merengek padaku. Ia bodoh atau memang bermuka tebal?? Tidak lihat apa penjual es krim memperhatikannya dengan tatapan aneh??

“Gamsahamnida ahjussi,” ucapku begitu pesanan kami selesai dibuat. Ku berikan es krim stroberryuntuknya.

“Geundae.. Ehhmm…” ujarku sambil menimbang-nimbang, Hyun Jin tampak tertarik mendengar lanjutan ucapanku.

“Bagaimana kabar Il Woo hyung??” tanyaku kemudian.

“YA!! IL WOO SUDAH MATI KAU TAHU!! IISSHH…” teriak Hyun Jin kesal kemudian berjalan pergi meninggalkanku.

“Hahahaha… Ya!! Jung Hyun Jin!! Tunggu aku,” teriakku sambil mengejar Hyun Jin. Aku sangat suka menggodanya.

Flashback

Shinhwa High School, Seoul

August, 24th 2008 – 09.00 am KST

Hari ini adalah hari ulang tahunku. Entah mengapa aku tak bersemangat hari ini.

“YESUNG OPPA?? YESUNG OPPAAAA…” teriak sekumpulan yeoja. Apa mereka tidak bosan berteriak seperti itu sejak pagi??

Untuk apa sekeras itu mengejarku hanya untuk sebuah kado yang mungkin nasibnya akan sama dengan kado-kado tahun lalu. Aku memberikan kado-kado itu pada anak-anak di pinggir jalan, dan menurutku itu lebih baik daripada aku membuangnya ke tempat sampah.

Aku lebih suka seperti ini, diam di hutan buatan Shinhwa yang cukup jauh letaknya dari kawasan gedung-gedung utama tempat belajar mengajar. Satu tempat yang paling ku sukai adalah sebuah studio musik tua yang kini menjadi bangunan kosong.

Dalam bangunan itu terdapat sebuah piano yang suaranya masih indah. Dan di depan bangunan itu, terdapat sebuah pohon diantara rumput hijau yang tumbuh rapi.

Pohon itu tak begitu lebat, hanya saja terdapat serat-serat hijau dalam pohon itu yang menjuntai dan menyelipkan sinar mentari masuk untuk bermain-main diantara celahnya. Aku suka duduk diatas bangku dibawah pohon itu, memasang headset dan mendengarkan lagu-lagu ballad yang menenangkan hati.

“Hiks..hiks.. Uhuk..uhuk..” aku membuka mataku ketika sebuah suara menyusup diantara lantun lagu indah di telingaku.

Tak ada siapapun ditaman ini. Ku pejamkan kembali mataku. Bruk

Terdengar halus suara dentuman, seperti suara seseorang yang duduk sedikit agak kasar diatas bangku. Bangku??

Aku kembali membuka mata dan menoleh ke samping kiriku, seseorang tengah duduk disana sambil menunduk, terisak, dan melepas kaca matanya. Apa ia sedang menangis?? Tapi… Sepertinya aku mengenali wajah itu…

“Gwaenchana??” tanyaku datar. Ia tersentak dan mengerutkan dahinya sambil menatapku. Sepertinya matanya rabun.

“Nuguya??” tanyanya kemudian ia mulai mengenakan kaca matanya. Yeoja ini sebenarnya manis, hanya saja, ia terlalu culun.

“Haahh..” matanya yang sipit seketika mendelik begitu melihatku.

“Joesonghamnida,” ia menunduk gugup meminta maaf kemudian buru-buru berdiri.

“Hey!!” panggilku. Sepertinya ia mengenali siapa aku.

“Nde??” jawabnya, masih tampak gugup. Aku hanya bisa tersenyum, dia sangat lucu.

“Neo gwaenchana??” tanyaku lagi.

“N..nde.. Nan gwaenchana, gamsahamnida,” jawabnya.

“Duduklah, jangan perdulikan aku. Sepertinya kau butuh ketenangan. Aku hampir tak pernah melihat siapapun disini,” kataku jujur.

“Apa ini tempat favoritmu juga??” tanyanya.

“Juga?? Berarti kau..??” tanyaku. Ia menjawab sambil mengangguk malu.

“Duduklah,” ujarku lagi. Ku tarik lengan kiriku yang tadinya terulur lurus sepanjang sandaran bangku.

“Disini sangat tenang, jika aku bosan hanya duduk, aku biasa bermain piano di dalam studio tua itu,” tunjukku pada studio di belakang kami.

“Oh?? Geurrayo?? Mungkin karena aku murid baru dan kau murid tingkat dua. Aku juga sering duduk di bangku ini, berdiri di balik pohon itu, atau bermain piano di dalam sana, tapi hanya ketika aku merasa buruk saja,” cerita yeoja itu.

Selama dia berbicara, aku menatapnya untuk memastikan penilaian awalku. Dia memang sangat manis.

“Err.. Yesung~ssi,” aku tersentak ketika ia memanggil namaku. Paboya! Pasti wajahku sangat memalukan saat ini.

“Nde. Kau tahu namaku?? Geurrom, neo nuguya??” tanyaku sambil mengulurkan tangan.

“Yeoja mana yang tak mengenalmu di sekolah ini, apalagi kau yang telah menyelamatkanku dulu. Aku, Jung Hyun Jin, senang bisa berkenalan denganmu,” ujar Hyun Jin sambil menunduk dan menyambut uluran tanganku.

“Menyelamatkan????” tanyaku.

“Ah, anio, jangan dipikirkan. Ah ye, saengil chukahamnida Yesung~ssi,” ucapnya.

Sepertinya aku selalu mendengar ucapan itu berulang kali setiap tahun, bahkan juga hari ini. Tapi entah mengapa, hanya ucapannya yang terdengar tulus. Hatiku terasa sejuk mendengar ucapannya itu.

“Ucapan saja sepertinya kurang untukku,” godaku.

“Joesonghamnida, aku tak menyiapkan apapun untukmu Yesung~ssi,” sesal Hyun Jin sambil menunduk. Dia benar-benar gampang sekali di goda hahaha..

“Tapi aku tetap menginginkan hadiah darimu. Pertama panggil aku oppa. Kedua berikan apapun, terserah padamu,” godaku lagi. Ia tampak semakin dalam menunduk. Dia sedang bersedih atau berpikir??

“Ehhmm.. Hyun Jin~ah…” Jleg

Aku terkejut ketika Hyun Jin tiba-tiba saja berdiri dan membenarkan letak kaca matanya sekali lagi. Kepangan rambutnya meninggalkan semilir angin ketika yeoja itu tiba-tiba pergi meninggalkanku dengan terburu.

“Ya!! Hyun Jin~ah!!” panggilku namun tak di hiraukan. Apa dia marah?? Haha, sudahlah, yeoja itu gampang sekali di goda. Biarkan saja jika dia marah.

Satu menit setelah Hyun Jin pergi, suara kembali terdengar di sela kenikmatan bersantaiku. Kali ini bukan karena isakkan seperti sebelumnya, tapi karena suara denting piano.

Dentingan piano itu dimainkan dengan begitu indah dan terdengar penuh perasaan. Aku berdiri dan menghampiri tempat dimana ada satu-satunya piano disana, studio tua.

[BS:: Avril Lavigne – Innocence]

Waking up I see that everything is okay [Saat terjaga, kulihat segalanya baik-baik saja]

The first time in my life and now it’s so great [Pertama kalinya dalam hidupku dan ini sungguh luar biasa]

Slowing down I look around and I am so amazed [Perlahan kulihat sekeliling dan aku sangat takjub]

I think about the little things that make life great [Ku berpikir tentang hal-hal kecil yang membuat hidup jadi luar biasa]

I wouldn’t change a thing about it [Takkan kuubah sedikitpun]

This is the best feeling [Ini perasaan terbaik]

Aku berjalan perlahan dan melihat bayangan seseorang tengah duduk di balik piano besar bewarna coklat kayu itu. Bayangannya terlihat jelas dari pintu dan jendela kaca besar yang mengelilingi studio itu. Itu… Jung Hyun Jin?!

This innocence is brilliant, I hope that it will stay [Ketulusan ini sungguh dahsyat, kuharap ia kan selalu ada]

This moment is perfect, please don’t go away, I need you now [Saat ini begitu sempurna, tolong jangan berlalu, aku membutuhkanmu]

And I’ll hold on to it, don’t you let it pass you by [Dan akan kupertahankan, jangan kau biarkan dia pergi]

Langkahku semakin maju dengan tatapan mata yang mengikuti alur kedamaian dalam denting ciptaan jemari Hyun Jin. Tanpa kusadari, aku sudah berada di dekatnya. Ia menoleh padaku dan menyanyikan sebuah lagu barat yang begitu indah. Suaranya sangat merdu, aku tidak menyangka yeoja culun sepertinya bisa bernyanyi seindah ini.

I found a place so safe, not a single tear [Kutemukan tempat yang begitu damai, tak ada air mata]

The first time in my life and now it’s so clear [Pertama kalinya dalam hidupku dan kini begitu jelas]

Feel calm I belong, I’m so happy here [Kurasakan kedamaian, aku begitu bahagia di sini]

It’s so strong and now I let my self be sincere [Perasaan ini begitu kuat dan kini kubiarkan diriku jujur]

I wouldn’t change a thing about it [Takkan kuubah sedikitpun]

This is the best feeling [Ini perasaan terbaik]

Perasan apa yang diberikan Hyun Jin, aku juga tidak tahu. Ini pertama kalinya ada seorang yeoja yang bisa membawaku terjun dalam kenikmatan suaranya. Hanya dengan denting piano tua, ia bisa menyelaraskan suaranya dengan denting musik seadanya.

This innocence is brilliant, I hope that it will stay [Ketulusan ini sungguh dahsyat, kuharap ia kan selalu ada]

This moment is perfect, please don’t go away, I need you now [Saat ini begitu sempurna, tolong jangan berlalu, aku membutuhkanmu]

And I’ll hold on to it, don’t you let it pass you by [Dan akan kupertahankan, jangan kau biarkan dia pergi]

Tubuhku terasa merinding ketika nada suaranya memasuki nada tinggi, namun ia nyanyikan dengan begitu halus. Suaranya benar-benar bisa membawa siapapun yang mendengarnya menjadi terenyuh.

Apa dia ingin mengatakan tentang sebuah momen?? Apa momen yang ia katakan adalah momen.. Pertemuan kami hari ini?? Karena sepertinya ini adalah sebuah momen yang menarik, pertemuan pertama kami..

It’s the state of bliss you think you’re dreaming [Ini rasa bahagia yang sedang kau impikan]

It’s the happiness inside that you’re feeling [Kebahagiaan dalam hati yang kau rasakan]

It’s so beautiful it makes you wanna cry [Begitu indah hingga kau ingin menangis]

This innocence is brilliant [Ketulusan ini sungguh dahsyat]

(It makes you want to cry) (Membuatmu ingin menangis)

This innocence is brilliant [Ketulusan ini sungguh dahsyat]

Please don’t go away [Kumohon jangan berlalu]

Cause I need you now and I’ll hold on to it [Karna aku membutuhkanmu dan akan kupertahankan]

Don’t you let it pass you by [Jangan kau biarkan ia meninggalkanmu]

Prok….. PROK.. PROK.. PROK..

Semula aku ragu untuk bertepuk tangan karena terpesona oleh penampilannya, tapi kemudian aku memberikannya tepuk tangan khusus penuh kekaguman dalam diriku pada yeoja bermarga Jung itu.

“I..itu.. Kado untukmu, dan ucapan terima kasih karena kau telah menolongku di masa orientasi siswa satu bulan yang lalu,” ujar Hyun Jin sambil kembali menunduk. Ia yang sekarang kenapa berbeda sekali dengan dirinya yang sedang bernyanyi beberapa detik lalu??

“Masa orintasi siswa???”

Wajah Hyun Jin mendadak merah merona dan ia langsung berdiri. Baru saja aku ingat tentang kejadian di masa orientasi siswa itu, Hyun Jin sudah berlari meninggalkanku lebih dulu.

Aku tersenyum geli dan menatap punggungnya pergi menjauh keluar dari area hutan ini. Gadis yang menarik. Jung Hyun Jin, I like you..

Flashback end

“Kyaaa…” jerit Hyun Jin yang sudah berjalan jauh di depanku.

“Hyun Jin~ah,” aku sontak berlari ketika melihatnya jatuh terpeleset.

“Neo gwaenchana??” tanyaku sambil berjongkok di sebelahnya.

“Gwaenchana oppa,” jawab Hyun Jin.

“Kau itu mabuk ya? Kenapa sering sekali terjatuh akhir-akhir ini?? Tak ada kubangan air, tak ada apapun kau bisa terjatuh begini??” omelku sambil membantunya berdiri.

“Anio, nan gwaenchana, hanya saja sekelebat tadi kepalaku pusing dan kesadaranku menghilang maka dari itu aku..” ujar Hyun Jin kemudian berhenti.

“Mworago?? ‘Maka dari itu aku’ apa??” tanyaku padanya.

“Ah..aniya.. Gwaenchana, maka dari itu aku terlalu lelah dan jadi seperti itu,” jawabnya.

“YA!!” teriakku begitu Hyun Jin meninggalkanku begitu saja.

Akhir-akhir ini, Hyun Jin sering kali jatuh, mimisan, tapi dia tak tampak sakit parah dan hasil dokter darinya pun dia hanya kelelahan, selebihnya baik-baik saja.

“Hyun Jin~ah, kita ke apartemenmu saja otte??” tanyaku pada Hyun Jin.

“Waeyo??” tanya Hyun Jin.

“Anio, aku bosan di rumah,” jawabku sambil merangkulnya agar tidak kabur lagi.

**************

Hyun Jin’s House

August, 19th 2012 – 11.59 am KST

Aku membukakan pintu untuk Hyun Jin dan melihat wajahnya yang sangat pucat.

“Hyun Jin~ah,” ku tahan tangannya ketika akan beranjak memasuki halaman rumahnya.

“Nde??” tanya Hyun Jin.

“Kurasa sebaiknya kita pergi ke dokter,” saranku.

“Andwaeyo oppa, sudahlah, aku baik-baik saja,” ucap Hyun Jin sambil tersenyum. Bagaimana bisa ia baik-baik saja jika tadi ia masih cerewet dan sebagainya tapi sekarang malah jadi pendiam seperti ini.

Ia berjalan masuk dan baru lima langkah ia terhuyung ke samping. Aku sontak maju dan langsung menangkap tubuhnya.

“Hyun Jin~ah!! Hyun Jin~ah!!” teriakku mencoba menyadarkannya, tapi sia-sia. Hyun Jin sudah tak sadarkan diri.

Aku menggendongnya ke dalam rumah. Untung aku tahu kata sandi untuk membuka kunci rumahnya. Ku baringkan Hyun Jin di sofa rumahnya.

Keringat deras mengucur di kening dan pelipisnya. Ku periksa bawah hidungnya, nafasnya berhembus pendek, apa dia sedang kesulitan bernafas??

Aku sangat khawatir, Hyun Jin tak pernah seperti ini sebelumnya. Hanya akhir-akhir ini saja semenjak kami memasuki semester baru perkuliahan, jadwal kami memang semakin padat.

Semenjak ia pulang dari Venesia untuk berlibur, aku jarang bertemu dengannya karena jadwal itu. Tapi aku menyadari satu hal, Hyun Jin sering terlihat pucat jika kelelahan. Apa dia sakit setelah pergi berlibur???

“Eeenngg..”

“Hyun Jin~ah,” panggilku begitu Hyun Jin mulai sadar.

“Oppa,” Hyun Jin bergerak bangun, aku membantunya dan melihat wajahnya yang semakin pucat.

Aku langsung menarik tangan Hyun Jin dan mendekapnya. Entah apa yang ku lakukan, aku hanya berharap perasaan cemas yang menggangguku ini sedikit berkurang.

“Oppa,” panggil Hyun Jin dan langsung menyadarkanku.

“Aku tak mau tahu, kita ke dokter sekarang dan membeli beberapa vitamin di apotik,” ujarku tegas.

“Tapi yang kuinginkan adalah bimbimbap buatanmu, otte??” pinta Hyun Jin ceria sambil memiringkan kepalanya seperti anak kucing. Aku diam sejenak dan menatap matanya. Hyun Jin mengerucutkan bibirnya dengan tatapan memohon. Aku tak tahan untuk tertawa dan mengusuk rambutnya pelan.

“Geurrae,”

HYUN JIN POV

“Geurrae,” jawab Yesung oppa setelah mengacak rambutku. Tak apa jika dia mengacak rambutku, tapi jangan mengacak hatiku seperti tadi.

Mendekapku tiba-tiba, bagaimana jika dia tahu debaran jantungku yang begitu tidak normal?? Aku hanya akan mempermalukan diriku sendiri jika sampai dia tahu aku menyukainya sejak pertama kali melihatnya dulu.

Flashback

Shinhwa High School, Seoul

July, 1st 2008 – 08.00 am KST

Masa orientasi siswa adalah masa yang paling menyebalkan. Gadis culun sepertiku hanya akan menjadi bulan-bulanan para senior.

“JUNG HYUN JIN!!” bentak seorang yeoja yang berdiri di depanku yang tengah berjongkok di tengah lapangan.

“Nde sunbae,” jawabku hati-hati sambil menatap keatas.

“Jangan melamun terus!! Kau tak lihat semua teman sekelompokmu sudah menyebar mengejar tanda tangan senior huh??!!” sentak yeoja itu.

“N..nde..” jawabku sambil menunduk kemudian bergegas mencari sunbae untuk mendapatkan tanda tangannya.

Aku bergabung dengan beberapa yeoja yang ku kenali sebagai teman sekelompokku dalam masa orientasi siswa ini. Kami tengah mengerubungi seorang namja tampan baik hati yang cukup terkenal diantara para sunbae, Kim Jae Won.

Sayang, kesialan tak berhenti padaku sejak awal pertama aku mendaftar di sekolah ini. Di sekeliling Jae Won sunbae ada beberapa yeoja senior yang berlagak seolah mereka adalah pengawal pribadi Jae Won. Tatapan mata mereka seolah memperingatkan ‘jangan-kecentilan-pada-Kim-Jae Won’. Hhh…

Jae Won saja terus tersenyum dan beramah tamah pada semua hobae, kenapa juga mereka yang harus bertindak berlebihan begitu? Apa mereka semua kekasihnya?? Hahaha…

“Hey kau Jung Hyun Jin!!” deg

Suara itu… Matilah aku!!

“Nde Yera sunbae??” tanyaku takut-takut pada salah satu sunbae yang terkenal paling galak di sekolah ini.

“Mau meminta tanda tangan Jae Won oppa?? Ehhmm..sepertinya antriannya sangat panjang, bagaimana jika tanda tanganku saja??” ujar Yera sunbae dengan wajah liciknya. Hobae bodoh mana yang mau meminta tanda tangannya??

“Ehmm..a..aku…”

“Wae??” tanya Yera sunbae dingin dengan tatapan mata ‘mati-kau-jika-menolak’

“Ye sunbae, bolehkan aku meminta tanda tanganmu??” ucapku pasrah sambil menyodorkan buku catatanku.

“Ikut aku!!” ujar Yera sunbae senang namun terdengar mengerikan di telingaku.

“Kau!! Pertaman, push up 25 kali dan aku akan menerima buku jelekmu itu,” ucap Yera sunbae begitu kami cukup jauh dari kerumunan yang mengelilingi Jae Won sunbae.

“Mwo??” tanyaku.

“Kau itu kutu buku tapi otakmu begitu lamban!! Hal kedua yang harus kau lakukan, cari seorang sunbae namja, kemudian cium bibirnya!! Pesuruhku akan merekam aksimu sebagai bukti kau melaksanakan tugasmu dengan baik! Setelah itu aku baru akan memberimu tanda tangan!!” perintah Yera sunbae sadis.

“MWO?? Su..sunbae..” aku hendak menolak tapi jemari tangannya yang berkuku tajam sudah menyentuh daguku lebih dulu.

“Kau tahu?? Satu tanda tanganku, sama dengan 5 tanda tangan panitia orientasi siswa yang lainnya. Wae?? Karena aku adalah ketua pelaksana. Dengan sekali tanda tanganku, kau tak perlu susah payah berebut 4 tanda tangan lagi dengan siswa lainnya bukan??” ucap Yera sunbae lembut namun terdengar seperti desisan ular berbisa di telingaku. Nada bicaranya begitu tajam dan mengancam.

Ucapan Yera sunbae memang benar, tapi walau begitu, sikapnya yang kurang baik dimata murid baru Shinhwa membuat mereka semua malas untuk mendapatkan tanda tangan darinya. Akan lebih baik mendapat lima tanda tangan lainnya dengan mengantri tanpa perintah gila seperti yang ia perintahkan padaku tadi.

Yera sunbae melengos pergi dengan lengan terlipat sempurna di depan dadanya. Rambut merah Yera sunbae mengibas angkuh tepat di depan wajahku.

“Neo!! Neo!! Kalian berdua gunakan ponsel kalian untuk merekam aksi adik kelas kita yang cantik seperti itik ini menemukan pangeran yang bersedia dicium olehnya, hahahahaha…” ujar Yera sunbae seperti nenek sihir.

Setelah itu, aku langsung tiarap dan memulai push up sebanyak 25 kali seperti yang diperintahkan Yera sunbae.

Begitu selesai melakukan hal gila yang membuat nafasku tersengal itu, aku harus langsung berdiri lagi dan meninggalkan murid lainnya yang tengah sibuk mencari tanda tangan sedangkan aku harus mencari namja yang bersedia aku cium. Di belakangku, dua yeoja pesuruh Yera sunbae dengan malas mengikutiku.

Aku terus berjalan dan tak tahu arah mana yang harus aku ambil. Begitu banyak namja disini, tak mungkin aku asal saja mencium seorang namja. Ini pertama kali aku akan berciuman, eottoke…

“YA!! Cepat tentukan namja yang akan kau cium!! Begitu banyak sunbae disini!!” ujar salah seorang yeoja pesuruh Yera sunbae.

Tanpa terasa air mataku keluar sedikit karena menahan kesal, frustasi dan takut. Aku harus bagaimana?? Seumur-umur, aku tak pernah mencium namja, haiiiisshh….

Tanpa sadar, aku berjalan menuju hutan buatan Shinhwa. Tempat ini begitu tenang. Sepi dari suara hiruk pikuk dalam gedung sekolah. Hanya suara angin yang bergesekkan dengan ranting, sepatu yang bergesekkan dengan daun kering, dan ketenangan yang dihadirkan cahaya mentari di sela-sela pepohonan. Tempat ini begitu in…dah..

Kekagumanku pada hutan buatan ini seketika lenyap ketika ada keindahan yang jauh lebih indah dari apapun. Seorang namja berambut coklat tengah duduk diatas sebuah bangku putih di bawah pohon yang begitu besar.

Namja itu bersandar dan menutup telinganya dengan headphone bewarna hitam. Matanya terpejam dan membiarkan sinar matahari dari celah pohon besar itu menimpa wajahnya membentuk seperti sebuah puzzle.

Geu dae namja.. Neomu meositseyo..

Tanpa sadar langkahku terus mendekat pada namja itu. Terdengar bisik-bisik heboh di belakangku. Apakah itu suara dua yeoja pesuruh Yera sunbae atau suara burung bersahutan, aku tak paham. Suara itu terdengar semakin menjauh, ketika tanpa sadar aku sudah berdiri di depan namja itu. Ku lepaskan kaca mataku dan membungkukkan tubuhku perlahan mendekat pada namja itu.

Dekat… Dan semakin dekat.. Wajah namja itu sangat tampan, wajah namja itu.. Seperti boneka. Ku sipitkan mataku perlahan hingga hidung kami hampir menyentuh ketika tiba-tiba saja…

Udara disekitarku menghilang, rasanya tubuhku seketika di bekukan hingga tulang berulangku pun tak sanggup ‘tuk bergerak. Mata namja itu sangat indah walau begitu tajam. Dengan jarak sedekat ini, dengan kebodohan separah ini, kenapa aku tak bisa segera sadar jika namja dihadapanku ini sudah membuka matanya…

“Apa yang kau lakukan??” gumam namja itu terdengar sangat jelas di telingaku. Setelah aku bisa menguasai diriku lagi, aku langsung berdiri tegak dan berlari secepat kilat menahan malu.

“YA! YA!” teriak yeoja-yeoja pesuruh Yera sunbae tak kuhiraukan. Mereka pasti mengikutiku, aku tak perduli, aku hanya ingin secepatnya menjauh dari tempat dan namja itu. Bodoh kau Jung Hyun Jin!!!

*************

“Ini adalah hukuman karena kau tak menjalankan perintahku!!” ucap Yera sunbae. Ya, aku sedang dihukum. Aku kabur saat akan mencium namja tadi yang entah siapa namanya.

“Ayo cepat!! Ini baru 58 kali!!” bentak Yera sunbae. Aku tengah di hukum meloncat sambil membuka tutup kedua kaki dan kedua lenganku sampai Yera sunbae berkata cukup. Itu artinya aku akan terus seperti ini sampai Yera sunbae puas. Rasanya lututku yang terluka karena push up tadi begitu perih.

Sudah 58 kali dan Yera sunbae masih juga tak mengucapkan kata itu. Tubuhku sangat lelah. Keringat dengan bulir besar bergiliran mengelus pinggiran wajahku. Rasanya aku sedang mandi keringat di tengah berpuluh pasang mata murid baru yang sudah selesai mendapatkan lima tanda tangan dari para sunbaenim.

DEG

Mati aku!! Namja yang ada di hutan tadi sedang berjalan di sepanjang lorong tepat di hadapanku. Tuhan, tolong aku sekali ini, tolong aku agar namja itu tidak..

MELIHATKU!! Belum selesai aku berdoa dalam hati, namja itu malah sudah menoleh dan berdiri tepat di hadapanku!!

“YA!!! Lakukan dengan benar!! Ku suruh kau mencium bibir seorang namja saja kau tak bisa, meloncat seperti ini juga apa tak bisa??? Ulangi dari awal!!” bentak Yera sunbae.

Ya Tuhan, terserah padamu akan kau apakan aku, tapi kumohon untuk sekali ini, wujudkan harapanku.. Hilangkan kesadaranku sekarang juga!! Entah mimpi atau memang aku yang tukang berkhayal, tapi sepertinya namja tampan itu berjalan menuju kearahku.

Tatapannya masih saja tajam, walau kesadaranku memang sudah hampir habis, tapi aku sangat ingat tatapan mata itu. Tak ada senyuman di bibirnya, kedua tangannya masih tersimpan di dalam saku sama seperti ketika ia duduk di hutan tadi.

“KYAAAA…. YESUNG OPPAAA…” teriakan yeoja-yeoja itu entah untuk siapa. Mereka berisik sekali!! Mengganggu fokusku pada namja itu.

“Hhh..hh…” jantungku rasanya sangat sesak, aku lelah, kakiku..kakiku rasanya.. Lemas.

Greb

Namja tampan itu tiba-tiba saja memeluk pinggangku. Ia menahan tubuhku agar tetap berdiri ketika aku nyaris saja terjatuh. Tinggi badanku hanya sampai batas alisnya. Kepalanya menunduk dan menatapku dalam.

Perlahan tapi pasti, sengatan listrik menjalar diseluruh urat dan pembuluh darahku. Jantungku memompa darah lebih cepat dari beberapa detik sebelumnya. Tangan kanan namja itu mengambil kaca mataku dan meletakkannya entah dimana. Tangannya kembali terangkat dan merengkuh tengkukku hingga..

Dia menciumku.

“KYAAAAAAAAAAA….”

Lagi. Suara semua orang tampak menjauh. Yang ada hanya desahan nafas wangi namja itu, dan sentuhan hangat telapak tangannya di pipiku. Aku tak bisa bergerak, aku bahkan menahan nafas. Kenapa tubuhku tak bisa berontak?? Sudah berapa detik ini berlalu?? Sudah berapa lama dia menciumku??

Seketika aku bisa kembali bernafas ketika namja itu melepaskan ciumannya. Jarak kami masih saja begitu dekat. Matanya lurus menatap mataku.

Cinta terjadi..

Ketika kau tak bisa mengalihkan mata fisik dan mata batinmu dari orang itu..

Ketika kau tak bisa mengatur segala yang ada di dirimu dengan sempurna..

Ketika kau tak bisa lagi merasakan dunia yang kau pijak..

Ketika kau tak bisa mendapatkan kembali kata-kata yang bisa menggambarkannya..

Saat itulah kau mulai merasakannya..

Cinta..

Suara semua orang kembali terdengar. ‘Yesung oppa..’

Ia mengangkat tanganku dan memberikan kaca mataku. Dengan pandangan sedikit buram, aku tahu dia masih menatap wajahku. Aku memasang kembali kaca mataku dan menatapnya.

Sayang, ia sudah berbalik dan berdiri di depan Yera sunbae.

“Hentikan semua ini,” ucap namja itu. Ekspresi Yera sunbae sama sekali tak bisa di jabarkan, ia kemudian menandatangani buku catatanku dengan tangan sedikit bergetar.

Berjalan cepat kearahku, menyodorkan bukuku, dan langsung berbalik pergi dengan cepat begitu ku terima bukuku. Sementara Yesung oppa, ia sudah berjalan sangat jauh ketika aku berhasil menemukan bayangan punggungnya.

“Aku bahkan belum berterima kasih,”

Flashback end

Myongjii University

August, 21th 2012 – 08.00 am KST

Blam

Aku baru saja sampai di parkiran kampus dan berjalan menuju gedung jurusanku, Seni.

“Aaahh..” aku menjerit pelan ketika hak sepatuku tiba-tiba saja patah. Namun yang aneh, aku tak terjatuh hingga duduk di lantai. Aku menoleh ke belakang dan melihat seorang namja dengan kulit seputih susu menyanggah tubuhku dari belakang.

“Neo gwaenchana??” tanya namja itu.

“G..gwaenchana Mimi ge,” jawabku pada Zhou Mi gege. Salah satu dari dua namja yang membuat kepalaku pusing beberapa hari ini.

“Sebentar, kulihat kakimu,” ujar Zhou Mi ge yang kemudian berlutut dan memeriksa sepatuku.

“Ehhmm..gege..” ucapku merasa tak enak. Gege melepaskan sepatuku yang satu lagi dan mematahkan haknya dengan sekali pukul.

“Agar kau lebih mudah berjalan,” ujar Zhou Mi gege sambil tersenyum sangat..sangat manis. Namja jangkung asal China itu juga memakaikan sepatu itu lagi pada kakiku.

“Kajja,” ajaknya. Zhou Mi ge adalah mahasiswa dari angkatan yang sama dengan Yesung oppa, namun dari jurusan kedokteran. Dia berjalan di sebelahku dan itu membuatku tak nyaman. Aku takut jika dia bertanya tentang…

“Ehhmm.. Hyun Jin~ah, apa kau sudah memikirkan jawaban apa yang akan kau berikan padaku?? Untuk menjadi kekasihmu,” tanya Zhou Mi ge hati-hati. Aku memejamkan mataku rapat-rapat dan menggigiti bagian bawah bibirku.

“Zhou Mi ge,” aku menghentikan langkah kami. Namja yang memakai kemeja biru laut itu berdiri berhadapan denganku sembari menatap mataku tanpa berkedip.

Zhou Mi ge adalah namja baik hati yang sangat sesuai dengan tipeku. Senyumannya sanggup membiusku seperti yeoja lainnya yang selalu terbius tiap kali melihatnya. Namja itu terlampau tampan untuk di golongkan namja biasa.

Dia sangat populer dan berbakat dalam bidang akting berikut menyanyi padahal dia adalah mahasiswa kedokteran dan yang terpandai di angkatannya.

Aku balas menatap mata Zhou Mi ge, tersenyum renyah menyambut senyuman mempesona Zhou Mi ge.

“Aku…”

YESUNG POV

Langkahku terhenti begitu saja, padahal belum genap sepuluh lagkah aku berjalan dari mobilku yang baru terparkir sempurna di area parkir gedung jurusanku, Seni.

Zhou Mi, teman seangkatanku, yang aku tahu dari Jung Hyun Jin baru saja menyatakan cinta padanya itu, kini tengah merentangkan lengannya berharap yeoja yang ada di hadapannya itu masuk dalam dekapannya.

Hyun Jin, yeoja dengan penampilan yang begitu mempesona mata namja itu, maju satu..dua..tiga langkah, dan di dekap erat kedua lengan panjang nan kekar Zhou Mi. Tepat di hadapanku, tepat menusuk hatiku, tepat menohok emosi yang kian bergejolak dalam diriku.

Cemburu?? Iya.

Marah?? Iya.

Ingin terjun ke jurang?? Iya.

Aku mengalihkan langkahku mencari jalan lain untuk menuju lapangan serba guna diantara gedung-gedung jurusanku.

************

Baby you know because I wanna love you I can’t live without you. Du nuneul gamgo nae du soneul jabgu. I wanna have you I really need you. Jigeum idaero modeungeol beoryeodugo. I wanna love you I can’t live without you. Neon geujeo naegero dagaseo myeondwae. I wanna have you nae modeungeol julke Ijeneun neoege yaksokhalke [Sayang kau tahu itu karena. Aku akan mencintaimu, aku tak dapat hidup tanpamu. Pejamkan matamu dan genggamlah tanganku. Aku ingin memilikimu, aku sangat membutuhkanmu. Seperti saat ini, kita tak perlu menghawatirkan apapun. Aku akan mencintaimu, aku tak dapat hidup tanpamu. Kau hanya perlu berada disampingku],”

Tanpa sadar aku bernyanyi cukup keras. Disini sepi, lagipula aku duduk cukup jauh dibawah pohon seorang diri. Jauh dari orang-orang yang tengah menggiring bola dengan kakinya, maupun mendriblebola dengan tangannya.

Tempat bersantaiku ini tak kalah nyaman dari hutan buatan Shinhwa High School. Hanya saja tak ada bangku, jadi aku duduk diatas tanah, mendengarkan musik favoritku dan menikmati terpaan angin sepoi. Cara terampuh melupakan adegan menyakitkan antara Hyun Jin dan Zhou Mi.

Tiba-tiba saja, hidungku merasa sakit karena di tarik. “Aaaaahhh… YA!! YA!!” teriakku kesakitan ketika seseorang menarik hidungku secara tidak manusiawi.

“Kenapa tak mengangkat ponselku???? Ku kira kau ada dimana?? Ternyata ada disini!!” kesal Hyun Jin sambil tak mau melepaskan hidungku.

“YA!! YA!! YA!! Setidaknya lepaskan dulu hidungku!! Appoo!!” ku genggam pergelangan Hyun Jin keras dan melepaskan tangannya dari hidungku.

“Issshhh..” gerutuku sambil kesakitan. Hyun Jin malah tertawa geli dan duduk disampingku sambil menekuk lututnya. Ia mengambil satu headsetku dan hanya mendengarkan sisa musik dari laguku yang sebelumnya.

Lagu selanjutnya yang terdengar di telinga kami adalah Only You. Lagu ini memberikan perasaan ceria dengan lirik yang begitu menusuk. Bukan lagu ballad, tapi lagu yang mampu membuat pendengarnya tersenyum membenarkan pernyataan lirik itu.

Hyun Jin tersenyum kemudian bersandar di pundakku. Aku terkejut. Ketika ku toleh wajahnya, ia sudah memejamkan mata. Menikmati lagu itu sambil tersenyum lembut.

Wajahnya.. Adalah sebuah keindahan yang tak terungkapkan oleh kata dalam kamus manapun. Telunjuk tanganku perlahan menyusuri setiap inci wajah Hyun Jin.

Bukannya membuka mata, senyuman Hyun Jin malah semakin lebar. Ia tampak kegelian. Aku turut tersenyum dan mengelus pipinya perlahan. Seolah waktu merestui kami untuk bersama, gerakan ranting bergoyang seirama bersama pendar cahaya matahari, begitu pelan. Senyum Hyun Jin juga terus berada disana, membuatku mampu menikmati wajah manisnya cukup lama.

Drrttt..dddrrrtt..

Aku tersentak, dan Hyun Jin kembali duduk tegak. Ia merogoh saku blazernya dan menjawab getaran ponsel yang mengejutkan kami itu.

“Yeoboseyo..”

“….”

“Na?? Dibawah pohon besar lapangan serba guna, wae??”

“…”

“Arrseo,” jawab Hyun Jin.

“Nuguya??” tanyaku. Hyun Jin mengangkat kepalanya dan hanya tersenyum. Aku hanya mengedikkan bahuku.

*************

“Jung Hyun Jin!!” panggil sebuah suara namja yang tengah berlari melewati tengah lapangan menuju kami.

“Jadi dia yang menelepon,” gerutuku pelan.

“Oh, kau Yesung~ah, annyeong,” sapa namja itu sambil tersenyum ramah. Tersenyum dengan mata sipit dan menunjukkan gusi giginya adalah keahlian namja ini sejak SMA dulu.

“Duduklah Jae Won oppa,” pinta Hyun Jin yang di jawab senang hati oleh namja itu, Kim Jae Won.

Jae Won dulu adalah teman SMAku. Banyak yeoja tertarik padanya, tapi yang aku heran, kenapa dia baru tertarik pada Hyun Jin sekarang?? Kemana saja dia ketika Hyun Jin satu SMA dengannya??

Penampilan Hyun Jin sudah berubah dari itik buruk rupa menjadi angsa cantik semenjak pulang dari Venesia untuk menemui keluarganya disana. Semenjak itu pula, Jae Won tampak gencar mengejar Hyun Jin.

Baru saja memori otakku bersih dari Zhou Mi, sekarang malah di jejali oleh Jae Won. Aku langsung berdiri dan beranjak pergi, sementara Hyun Jin dan Jae Won?? Mereka asyik berbincang sampai tak menoleh sama sekali ketika aku pergi.

Berjalan cepat sampai setengah lapangan, aku kembali menoleh pada Hyun Jin. Jae Won tengah menggenggam tangan yeoja itu dan tangannya yang bebas mengelus rambut Hyun Jin. Apa-apaan ini?? Sebenarnya siapa yang disukai Hyun Jin?????

“Aaaaarrrrrrggghhh… Dengan kesal, aku berlari menjauh dari semua pemandangan yang merusak memoriku.

Myongjii University

August, 22th 2012 – 02.00 am KST

“OPPAA…” teriak Hyun Jin dari ujung lorong yang penuh dengan mahasiswa. Aku jelas mendengarnya, tapi aku anggap aku tak tahu itu. Aku melangkah kembali ke depan dan menutup telingaku denganheadphone.

Berjalan santai tapi pasti, masuk ke dalam mobil, dan pergi dari area kampus tepat ketika Hyun Jin hampir mencapaiku. Dari spion bisa kulihat wajah Hyun Jin yang terengah dan bingung.

“Mianhae,” gumamku. Aku tak bisa bersamanya untuk sekarang ini.

Seharian ini, Hyun Jin berusaha keras menemuiku. Di perpustakaan, di depan kelas, di kantin, bahkan di toilet. Tapi aku selalu bisa pergi menghindar dengan sempurna tanpa perlu mengatakan satu katapun padanya. Ini pertama kalinya aku benar-benar jengah dan tak ingin berbicara apapun padanya.

Aku tak tega berbuat seperti ini. Melihatnya yang tampak sedih ku hindari, tapi aku sedang dalam lingkup emosi yang buruk. Dan semuanya berhubungan dengan kedua namja yang mengejar Hyun Jin mati-matian sejak awal semester baru dimulai.

Selama ini aku sudah menahannya untuk tak menghiraukan Zhou Mi maupun Jae Won yang mendekatinya. Melihat mereka sekedar berjalan dan tertawa bersama saja rasanya jantungku sudah penuh sesak oleh ganjalan-ganjalan tembus pandang.

Kejadian kemarin, adalah puncak dari batas emosiku. Aku perlu menjauh dari Hyun Jin untuk sementara, sebelum aku kelepasan menuang kemarahanku di depan Hyun Jin.

Hyun Jin’s House

August, 23th 2012 – 06.00 pm KST

Hari berganti merubah situasi berputar 360 derajat dari posisi awal. Sekarang aku tengah duduk diam didalam mobilku yang terparkir di seberang rumah keluarga Jung. Menatap lurus jendela kamar Hyun Jin yang masih menyala.

Hari ini, aku tak bertemu dengan Hyun Jin sama sekali. Ia tak tampak di kampus seperti kemarin. Bahkan Zhou Mi tadi juga sempat menanyakan padaku dimana Hyun Jin.

Apa dia marah padaku yang mengacuhkannya? Kenapa aku malah merindukannya jika dia tak ada?? Sedangkan kemarin, aku malah dengan senang hati menghindarinya.

Graak

Gerbang otomatis rumah Hyun Jin terbuka perlahan dan sebuah BMW hitam baru saja keluar. Ku lihat wajah dibalik kemudi mobil itu, itu ‘kan Il Woo! Bukankah Il Woo ada di Venesia?? Sekilas ku lihat siapa yeoja disamping Il Woo.

“Hyun Jin~ah,”

AUTHOR POV

“Hyun Jin~ah,” ucap Yesung sambil mengerutkan keningnya ketika melihat Hyun Jin duduk seperti orang tertidur di kursi penumpang mobil Il Woo.

Dengan pasti, Yesung segera memutar mobilnya dan menyusul kemana mobil Il Woo hendak pergi.

‘TIIINNN…’

Bunyi klakson keras saling bersahutan ketika dua mobil di depan Yesung hampir saja saling menyenggol. Dan itu tentu saja menghentikan laju mobil Yesung untuk menghindari tabrakan. Dengan samar dan fokus mata yang sangat baik, ia masih bisa melihat mobil Il Woo yang terus melaju. Dengan berani Yesung menerobos aspal jalanan yang laju mobilnya berlawanan arah dengan mobil Yesung.

Sebuah bunyi klakson kembali terdengar lebih kencang ketika Yesung berhasil membalap sebuah bis sebelum sebuah truk tronton menyambar badan mobilnya. Kegilaan Yesung tak terpikirkan olehnya. Kepalanya sudah terisi penuh wajah Hyun Jin yang tergeletak seperti tak sadarkan diri.

***********

“Hyun Jin~ah,” panggil Il Woo cemas selama perjalanan mendorong troli tempat tidur Hyun Jin menuju ruang pemeriksaan.

Yesung yang kehilangan jejak Il Woo karena terjebak dua mobil di depannya yang hampir bertabrakan, pada akhirnya berhasil menyusul mobil Il Woo. Walau hanya setengah yakin jika mobil Il Woo masuk ke dalam RS Internasional Seoul, Yesung tetap saja mencoba mencari Il Woo disepanjang lorong.

Hingga di salah satu sudut lorong, mata Yesung menemukan Il Woo yang tengah berdiri menghadap ke dalam sebuah kaca besar kamar pemeriksaan. Yesung dengan terburu langsung berlari dan mengejutkan Il Woo.

“Hyung!! Hyun Jin~ah, eodiga??” tanya Yesung pada Il Woo yang matanya merah menahan tangis. Il Woo menoleh ke arah kaca itu diikuti oleh Yesung.

Cengkraman tangan Yesung pada lengan Il Woo seketika mengendor dan tangannya merosot lemas begitu melihat para suster sibuk memasang berbagai peralatan pada tubuh Hyun Jin. Dua orang uisa dalam ruangan pemeriksaan itu terlihat sibuk memeriksa Hyun Jin sambil sesekali berdiskusi.

“Apa yang terjadi??” lirih Yesung seolah tak percaya. Ia menyentuh kaca besar di hadapannya dan memandang begitu dekat tubuh Hyun Jin di dalam sana.

“Mollayo, aku menemukannya tergeletak di lantai dengan obat-obatan keras yang tercecer di dekatnya. Aku tak tahu itu obat apa, aku langsung membawanya kemari,” jawab Il Woo pelan.

RS International Seoul

August, 23th 2012 – 08.00 pm KST

“Hiks..hiks.. Uhuk..uhuk..huhuhu..”

Tak ada keraguan dalam isakkan tangis Yesung. Hyun Jin sedang berada dibawah obat dan sudah dipastikan baru akan terbangun pukul 10 malam nanti.

Flashback

“Zhou Mi~ya, bagaimana keadaan Hyun Jin??” tanya Yesung begitu melihat salah satu dari dokter yang memeriksa Hyun Jin adalah Zhou Mi.

“Ada masalah serius, kita harus bicara,” jawab Zhou Mi dengan senyum menyesal.

“Jung Hyun Jin, dia adalah pasien dirumah sakit ini sekitar empat atau hampir lima tahun yang lalu. Dari catatan pemeriksaan dokternya yang terdahulu, harus ku katakan penyakit Hyun Jin semakin parah,” ujar Zhou Mi.

“Zhou Mi~ya, dia sakit apa??” tanya Yesung.

“Adikku, dia tidak punya penyakit apapun dok,” ujar Il Woo. Mereka berdua tengah berada di ruangan Zhou Mi yang tengah magang bekerja sebagai dokter di rumah sakit keluarganya itu.

“Dari hasil pemeriksaan yang lama dan yang baru saja ku lakukan, kesimpulannya adalah Hyun Jin mengidap Pericarditis dan Endocarditis,” ucap Zhou Mi

“Mwo?? Iggo mwoya??” tanya Il Woo.

“Penyakit jantung,” jawab Zhou Mi

“Beberapa tahun yang lalu, dia sudah mengidap Pericarditis. Pericarditis adalah salah satu penyakit yang belum pasti penyebabnya,” ujar Zhou Mi yang kemudian menampilkan dua buah gambar ronsen jantung Hyun Jin.

“Jantung Hyun Jin duduk di pusat dada dan dikelilingi oleh kantong yang disebut pericardium. Kantong ini mempunyai dua lapisan, lapisan pertama berada tepat diatas otot jantung dan lapisan lain yang lebih longgar mengelilingi lapisan bagian dalam. Peradangan dari lapisan-lapisan jaringan yang mengelilingi jantung ini dirujuk sebagai pericarditis,” terang Zhou Mi sambil menuding beberapa gambar.

“Penyebab yang di ketahui dalam ilmu kedokteran sampai saat ini hanya ada 3. Virus, jamur, dan HIV,” sambung Zhou Mi.

“Dan Hyun Jin mengalami ini karena virus. Virus itu mengandung bakteri dan masuk ke dalam luka di tubuh Hyun Jin ketika luka itu sudah infeksi. Endocarditis terjadi ketika Germs, nama bakteri itu, masuk ke dalam aliran darah dan menyerang klep-klep jantung Hyun Jin,” terang Zhou Mi lagi sembari menuding satu layar ronsen lainnya yang memuat beberapa gambar jantung Hyun Jin yang berpenyakit.

“Parahnya, bakteri itu menjadi tumbuh berkembang dalam lubang-lubang di klep-klep serta kantong pericardium jantung Hyun Jin. Inilah penyebab klep-klep dan kantong itu bocor. Germs yang menyebabkan endocarditis masuk kedalam aliran darah sewaktu infeksi itu dibiarkan saja oleh Hyun Jin,” ujar Zhou Mi lagi.

“Geurrom, luka apa yang kau maksud??” tanya Il Woo.

“Bekas luka itu sudah tidak ada. Benang-benang fibrinogen sudah menutupnya dengan baik. Itu artinya luka itu tak cukup parah, tapi mungkin terkena debu cukup banyak dan Hyun Jin telat dalam merawat luka itu. Ketika luka kecil itu sudah mengering, dalam artian darah dan debu itu sudah mengering bersama-sama, saat itulah bakteri dari virus itu masuk ke dalam tubuh Hyun Jin. Hal ini juga di dukung kekebalan tubuh Hyun Jin yang begitu rentan,” ujar Zhou Mi.

“Nde, Hyun Jin memang sering sakit-sakitan sejak kecil. Tapi dia tak pernah sampai mengidap suatu penyakit,” sahut Il Woo.

“Orang-orang dengan penyakit ini menghadapi risiko yang mengancam nyawa. Begitu banyak perubahan yang dapat terjadi pada klep-klep jantung. Chordae tendinea atau papillary muscles pada lapisan kantong dapat memanjang kemudian robek, sedangkan annulus dari klep dapat membesar, itu sangat berbahaya,” ujar Zhou Mi lagi.

Yesung dan Il Woo seketika lemas dan menelan ludah banyak-banyak mendengar vonis Zhou Mi.

“Apa kalian baik-baik saja??” tanya Zhou Mi.

“Apa masih ada lagi??” tanya Il Woo dan Zhou Mi mengangguk.

“Hyun Jin sepertinya sudah tahu, sisa hidupnya takkan lama lagi. Dari catatan yang sebelumnya, Hyun Jin di vonis hanya bisa bertahan hidup kurang dari lima tahun,” ucap Zhou Mi pelan.

Mata Zhou Mi mulai merah dan cairan bening yang sedari ia tahan, jatuh begitu saja ketika mau tak mau ia harus mengatakan hal yang paling menyakitkan dari keadaan Hyun Jin.

“Mwo??” ucap Yesung dengan ekspresi wajah datar.

“Apa tidak ada cara untuk menyelamatkannya??” tanya Il Woo yang sudah menangis mendengar keadaan buruk yang menimpa adiknya.

“Ada, operasi. Kemungkinan berhasilnya hanya 20%, dan kalaupun dia berhasil melewati operasi itu, dia akan mengalami satu dari dua kemungkinan terbaik. Buta permanen, atau kehilangan seluruh fungsi indranya kecuali mencium bau dan melihat, sebagian fungsi tubuhnya juga akan hilang permanen,” kata Zhou Mi lagi.

Il Woo merosot dan menenggelamkan wajahnya dalam dekapan lengannya sendiri. “Apa harus seburuk itu??” tanya Yesung dengan suara tercekat.

“Dalam jantung ada banyak pembuluh darah, pembuluh darah terbanyak dalam jantung berhubungan langsung dengan pembuluh darah di otak yang melewati tempurung belakang tulang tengkorak. Disana, pembuluh darah jantung itu melekat dengan pembuluh darah dalam mata,” terang Zhou Mi.

“Jantung Hyun Jin harus di tambal pada beberapa tempat dan melakukan pengangkatan sarang Germsdalam satu operasi sekaligus. Itu akan menganggu beberapa pembuluh. Tidak akan merusak pembuluh itu, hanya saja gangguan pada pembuluh darah di tempat yang rentan seperti itu akan membuat Hyun Jin harus menagalami salah satu dari dua kemungkinan terbaiknya selain mati,” terang Zhou Mi lagi untuk yang terakhir.

Flashback end

“Yesung~ah,” panggil Zhou Mi pada Yesung dalam ruangan Hyun Jin.

“Bisa kita bicara sebentar??” tanya Zhou Mi yang kemudian mengajak Yesung menuju atap rumah sakit dan meninggalkan Il Woo yang tertidur di ruang tamu kamar rawat Hyun Jin.

*********************

“Kuharap kau bisa menyembuhkan Hyun Jin,” ucap Yesung membuka percakapan.

“Wae??” tanya Zhou Mi.

“Bukankah kau menyukainya? Apa kau tak bisa menyelamatkannya??” tanya Yesung. Zhou Mi meminum segelas kopi di tangannya.

“Ya, aku menyukainya… Tapi tak sedalam dirimu,” jawab Zhou Mi. Yesung hanya diam.

“Haaa.. Hyun Jin menolakku,” kata Zhou Mi.

“Mworago?? Tapi kemarin kalian ‘kan…” tanya Yesung.

“Kemarin, Hyun Jin menolakku dengan halus. Dia memberikanku pengertian akan cintanya yang tak mungkin untukku. Tapi tak apa, aku masih bisa menjadi sahabat baiknya,” jelas Zhou Mi.

“Tak mungkin?? Atas dasar apa??” tanya Yesung lagi yang benar-benar tak mengerti. Zhou Mi beralih menghadap Yesung dan menjilat bagian bawah bibirnya tampak gemas pada Yesung.

“Kau benar-benar tak tahu??” tanya Zhou Mi tak percaya. Yesung menggeleng pelan.

“Jadi kau juga tak tahu tentang Jae Won??” tanya Zhou Mi. Yesung menoleh.

“Jae Won juga di tolak oleh Hyun Jin karena alasan yang sama,” kata Zhou Mi.

“Mwo?? Kau tahu dari mana??” tanya Yesung.

“Bertanya padanya,” jawab Zhou Mi. Yesung kemudian menatap Zhou Mi seolah heran.

“Pernahkan kau bertanya padanya tentang perasaannya??” tanya Zhou Mi.

“Apa maksudmu??” tanya Yesung.

“Kau menyukainya, tapi tak mau memahami perasaannya Yesung~ah. Kau lebih memilih melarikan diri dan tak berkata apapun, itu sama saja kau menunjukkan keacuhanmu akan perasaannya. Kau menyukainya, tapi kau tak pernah mau tahu bagaimana perasaannya. Siapa yang dia sukai?? Namja mana yang ada di hatinya? Kau tak pernah mau tahu itu,” kata-kata Zhou Mi tak hanya menampar wajah Yesung, tapi juga menusuk batinnya sangat dalam.

“Lebih parah lagi, kau tak pernah memberikan kesempatan pada hatimu untuk mengakuinya. Hyun Jin berhak tahu itu Yesung~ah,” ujar Zhou Mi lagi. Bagi Zhou Mi, kebungkaman Yesung adalah jawaban mutlak yang tak akan bisa mematahkan pernyataan Zhou Mi dari sisi manapun.

Yesung menggembungkan pipi kemudian meniup udara dalam mulutnya secara perlahan keatas. Bintang bertaburan begitu banyak, begitu indah, namun sayang itu tak cukup untuk mencerahkan hati Yesung.

“Keadaan Hyun Jin baik-baik saja, tapi ada batasnya. Pericarditis dan Endocarditis menyerang pada batas akhir usia penderitanya. Hyun Jin selama ini mengonsumsi obat pelambat pertumbuhan bakteri itu. Obat dalam kamarnya, Hyun Jin pingsan sebelum menenggak obat itu. Virus akibat bakteri Germsakan gencar menyerang begitu waktu Hyun Jin sudah dekat. Pingsan hari ini adalah sebuah awal ketika seluruh organnya tiba-tiba mati dan ia tak sadarkan diri, Hyun Jin masih bisa berlari, masih bisa berjalan jika ia bangun sebentar lagi. Tapi kita takkan pernah tahu kapan nyawanya yang akan tiba-tiba hilang,” ujar Zhou Mi.

“Yesung~ah, nyatakan perasaanmu sebelum terlambat, ini sudah lebih dari empat setengah tahun sejak vonisnya,” ujar Zhou Mi sambil memegang pundak Yesung. Sejenak kemudian mereka memandang ribuan lampu di kota Seoul dari atas atap rumah sakit dalam kesunyian.

**************

Beverly Bakery

August, 23th 2012 – 10.00 pm KST

“Hhh..hh…” engah seseorang di sebuah toko kue yang sepi.

“Ahgassi neo gwaencahana??” tanya pelayan toko tersebut. Orang tersebut hanya tersenyum sambil memegangi dada kirinya.

“Aku, mau membeli kue tart. Iggo.. Tapi bisakah aku bertemu dengan koki kue ini??” tanya orang itu.

“Nde?? Oh, geurrae, chakamanyo,” ujar pelayan tersebut kemudian masuk ke dalam dapur toko tersebut dan kembali dengan seorang pria tampan bername tag Lee Donghae.

“Annyeonghaseyo, Lee Donghae imnida, aku adalah pettisier di toko ini, ada yang bisa ku bantu??” ujar koki berwajah tampan itu dengan ramah.

“Aku ingin merubah sedikit kue tart ini, bisakah??” tanya orang itu.

“Oh, geurromyo. Euhyun~ah, bisakah kau membawakan kue itu ke dapur?? Ahgassi, silahkan ikut denganku,” ujar Lee Donghae.

“Nde yeobo,” jawab pelayan yang di panggil Euhyun.

“Kalian suami istri??” tanya orang itu ceria.

“Anio, kami sepasang tunangan,” jawab koki dan pelayan itu bersamaan *Author senyum gaje xD

“Bolehkah aku juga bertanya padamu??” tanya Lee Euhyun dan dijawab anggukan oleh pembeli kue itu.

“Kau seorang pasien??” tanya Lee Euhyun.

“Chagi..berhentilah bertanya. Ahgassi, kau ingin aku apakan kue ini??” tanya Lee Donghae.

“Begini..”

**************

RS International Seoul

August, 23th 2012 – 11.40 pm KST

Cklek

“Hyun Jin,” seru Yesung yang tak melihat yeoja itu diatas tempat tidurnya. Yesung segera berlari dan memeriksa tempat tidur Hyun Jin.

“Hyung!! Il Woo hyung!!” panggil Yesung sambil berlari pada Il Woo. Il Woo terbangun dari tidurnya dan langsung duduk tegak.

“Waeyo??” tanya Il Woo dengan segenap kesadarannya.

“Dimana Hyun Jin??” tanya Yesung panik.

“Mworago??” seru Il Woo yang langsung melihat ke ranjang Hyun Jin yang kosong.

“Hyun Jin..” seru Il Woo panik.

“Sebaiknya kita segera mencarinya hyung, Hyun Jin mungkin tak pergi jauh,” kata Yesung dan dijawab anggukan mantap Il Wo.

Yesung dan Il Woo menyebar ke seluruh penjuru rumah sakit. Sementara Il Woo mencari disekitar kamar Hyun Jin, Yesung mencari jauh sampai lantai-lantai lain. Langkah Yesung terhenti di luar pintu masuk rumah sakit. Ia bersandar pada lututnya sambil terengah.

Di saat yang bersamaan, gadis yang tengah ia cari dengan santainya malah berjalan di teras depan rumah sakit sambil bertelanjang kaki. Mata Yesung memicing ketika melihat sosok yang di kenalinya. Saat itu juga dengan penuh emosi, Yesung berjalan menghampiri Hyun Jin.

“YA!! APA YANG KAU LAKUKAN??” bentak Yesung begitu keras di depan Hyun Jin. Senyuman Hyun Jin seketika hilang dari wajahnya.

“O..oppa..” ucap Hyun Jin. Yesung tak menghiraukannya dan langsung memeluk Hyun Jin masuk ke dalam dekapannya.

Yesung bahkan tak sadar jika ia memeluk Hyun Jin terlampau erat. Hyun Jin hanya menerima begitu saja dekapan Yesung tanpa memprotes, karena yang ia pikirkan adalah kue di tangannya berhasil selamat dari kerusakan.

“Bodoh, kenapa kau pergi begitu saja,” ucap Yesung.

“Oppa, kau… Menangis??” tanya Hyun Jin. Yesung tak menjawab dan menenggelamkan wajahnya dalam pundak Hyun Jin.

Yesung kemudian mengangkat wajahnya dan mencoba tersenyum. Hyun Jin spontan mengangkat tangannya dan menghapus air mata Yesung. Yesung meremas tangan Hyun Jin di pipinya kemudian mencium tangan Hyun Jin.

Tanpa memperdulikan apa yang dibawa Hyun Jin, Yesung menggendong Hyun Jin ala Bridal dan membawa yeoja itu sampai ruang rawatnya.

“O..oppa,” seru Hyun Jin terkejut.

“Diamlah,” sahut Yesung sambil membenturkan dahinya pada kepala Hyun Jin pelan.

**************

Dengan hati-hati Yesung meletakkan tubuh Hyun Jin diatas ranjang.

“Hyun Jin~ah, aku ingin mengatakan sesuatu padamu,” ujar Yesung.

“M..mwoeyo??” tanya Hyun Jin dengan jantung yang berdebar cepat.

Yesung menggenggam erat tangan Hyun Jin setelah meletakkan barang bawaan Hyun Jin diatas meja disampingnya. Ia duduk di tepi ranjang dengan jarak wajah begitu dekat berhadapan dengan wajah Hyun Jin.

“Dengarkan aku, mungkin ini akan sedikit konyol. Tapi aku.. Aku.. Ingin berkencan denganmu, ingin berkesempatan memilikimu, dan tak ingin mencintaimu,” ujar Yesung yang membuat Hyun Jin bingung.

“Aku tak ingin hanya sekedar mencintaimu, karena aku sudah sejak lama mencintaimu. Yang aku inginkan adalah merajut cinta itu, menjadi sebuah kisah kasih, yang takkan pernah berujung dengan kata berpisah,” ucap Yesung lembut.

“Mianhae.. Karena aku baru mengatakannya sekarang. Aku.. Menyesal..” ucap Yesung sambil menunduk. Setetes air mata jatuh diatas genggaman tangan mereka.

“Kau..sudah tahu penyakitku??” tanya Hyun Jin. Yesung mengangguk dan dua bulir air mata saling berkejaran menjadi yang tercepat jatuh membasahi pipi Hyun Jin.

“Aku sudah menunggumu sejak lama oppa. Aku sangat bahagia,” lirih Hyun Jin.

“Apa kau mau menjadi kekasihku??” tanya Yesung. Dan Hyun Jin langsung melingkarkan tangannya di leher Yesung. Haru seketika mewarnai kebersamaan mereka. Sambil memeluk Yesung, Hyun Jin mengangguk semangat.

“Aku mau,” bisik Hyun Jin, tak bisa bersuara keras ditengah tangisnya. DEG..DEG..

HYUN JIN POV

DEG..DEG..

Hantaman keras di ulu jantungku membuat paru-paruku sedikit sakit jika digunakan bernafas terlalu dalam. Aku harus segera berhenti terisak.

“Hyun Jin~ah neo gwaenchana??” tanya Yesung oppa terdengar khawatir.

“Gwaenchana oppa,” dustaku.

“Oppa, sebentar lagi ulang tahunmu,” kataku.

“Ulang tahun??” ulang Yesung sambil mengernyitkan dahinya.

“Aaahh..iya,” imbuh Yesung.

“Kau mau hadiah apa??” tanyaku.

“Aku mau dirimu,” jawab Yesung oppa sambil kembali mendekapku. Demi Tuhan, dekapan Yesung oppa sangat nyaman dan menenangkan.

Aku menepuk-nepuk pundaknya dan memintanya melepaskan pelukan kami. “Oppa, kita rayakan berdua diatap gedung, otte??” tanyaku seceria yang ku bisa.

“Shiero!! Kau! Diam disini!! Istirahat!! Dan jangan membuat siapapun khawatir lagi!!” jawab Yesung oppa penuh penekanan.

“Tapi oppa, ku mohon!! Sekali ini saja, setelah selesai, kita akan langsung kembali turun dan aku akan istirahat. Kita lihat bintang bersama nde??” pintaku sambil menggelayuti lengannya.

“Aigooo.. Hyun Jin~ah, oppa tak ingin kau sakit lagi,” ucap Yesung oppa sambil memegang kedua pipiku. Aku menunduk sedih dan setengah hati berusaha menuruti kata-katanya.

“Turuti saja Yesung~ah,” ujar seseorang dibelakang Yesung oppa.

Yesung oppa menoleh dan ku lihat Il Woo oppa ada disana. “Oppa,” panggilku. Il Woo oppa mendekat dan mengelus rambutku penuh kelembutan.

“Cepat bawa Hyun Jin keatas!” perintah Il Woo oppa yang kemudian dijawab anggukan Yesung oppa.

AUTHOR POV

Atap Rumah Sakit

August, 24th 2012 – 00.00 KST

“Hana..dul..set.. SAENGIL CHUKAHAMNIDA KIM JONG WOON OPPA..” teriak Hyun Jin sambil duduk diatas kursi rodanya. Sebuah kue tart kotak yang berhasil di rubah menjadi bentuk hati oleh pettisierDonghae, tampak menggiyurkan di mata Hyun Jin dan Yesung.

“Berdo’alah,” ucap Hyun Jin.

Yesung yang berlutut di depan Hyun Jin memejamkan mata dan menautkan jemarinya.

“Semoga Jung Hyun Jin selalu bahagia, sembuh dari sakitnya secara total, dan menjadi istriku di masa depan,” DEG

Hyun Jin terkejut dengan do’a yang dipanjatkan Yesung. Matanya sudah mulai berkaca-kaca, namun ia masih cukup kuat untuk menahan air mata tak keluar dari tempat penampungannya.

“Ya! Kenapa kau berdo’a untukku??” tanya Hyun Jin.

“Kalau kau bahagia, aku juga akan bahagia. Dan kalau kau sakit, aku juga akan sakit, arraseo?” jawab Yesung. Hyun Jin hanya tersenyum menanggapi jawaban Yesung.

Yesung mengambil kuenya dan menaruh di lantai. Ia menggenggam kedua tangan Hyun Jin dan menciumnya. Yesung mendongak menatap Hyun Jin dan mendapatkan sebuah kecupan di keningnya dari yeoja cantik itu.

“Mianhae, aku hanya bisa membelikan kue tanpa hadiah,” ucap Hyun Jin, masih dengan mata yang berkaca-kaca.

“Itu sudah lebih dari cukup. Gomawo,” jawab Yesung. Hyun Jin mengernyit sekali lagi.

“Hyun Jin~ah, neo jinjja gwaenchanayo??” tanya Yesung tak yakin. Hyun Jin hanya mengangguk.

“Oppa, kajja kita duduk bersama di bangku itu,” pinta Hyun Jin. Yesung kemudian mendorong kursi roda Hyun Jin menuju sebuah bangku panjang yang menghadap pemandangan kota Seoul.

Yesung menyelimuti bagian bawah tubuh Hyun Jin dengan selimut, dan mengeratkan sweater tebal di tubuh Hyun Jin. Tak lupa, Yesung juga mendekap Hyun Jin dengan satu lengannya agar Hyun Jin tetap merasa hangat.

Merasa nyaman dan bahagia, Hyun Jin memejamkan matanya didalam pelukan Yesung. Yesung mengelus pipi Hyun Jin dan gadis itu tersenyum sambil kemudian memainkan tangan Yesung itu. Mereka menikmati malam pertama sebagai sepasang kekasih di detik pergantian usia Yesung.

“Kau tahu, sudah lama aku menantikan saat ini,” ucap Yesung.

“Sepertinya aku lebih lama menantinya oppa,” ucap Hyun Jin.

“Jinjja?? Sejak kapan??” tanya Yesung.

“Sejak aku melihatmu di hutan buatan Shinhwa, hampir mencium bibirmu saat kau membuka mata, hihi..” jawab Hyun Jin.

“Jinjja?? Hmm.. Kalau begitu memang kaulah pemenangnya,” kata Yesung.

“Kalau kau bagaimana??” tanya Hyun Jin. Yesung mengeratkan dekapannya.

“Saat kau bermain lagu Innocence untukku,” jawab Yesung.

“Kau suka?” tanya Hyun Jin.

“Neomu,” jawab Yesung.

“Mau kunyanyikan lagi sebagai hadiah??” tanya Hyun Jin.

“Dengan senang hati akan kudengarkan,” jawab Yesung.

Waking up I see that everything is okay. The first time in my life and now it’s so greatSlowing down I look around and I am so amazed. I think about the little things that make life great. I wouldn’t change a thing about it. This is the best feeling,” Hyun Jin bernyanyi dengan sangat merdu, sama seperti dulu. Hanya saja, sekarang ia bernyanyi dengan memaksakan tubuhnya.

This innocence is brilliant, I hope that it will stay. This moment is perfect, please don’t go away, I need you now.. And I’ll hold on to it, don’t you let it pass you by..” tanpa Yesung tahu, setetes darah mulai mengalir di kedua lubang hidung Hyun Jin.

I found a place so safe, no a single tear. The first time in my life and now it’s so clear. Feel calm I belong, I’m so happy here. It’s so strong and now I let my self be sincere. I wouldn’t change a thing about it. This is the best feeling..” Hyun Jin tahu waktunya semakin dekat, sekuat tenaga ia tak mengusik kecurigaan Yesung. Namjachingunya itu tengah menutup mata dan menikmati kado darinya. Ia tak bisa bersikap egois dan merusak ketenangan Yesung begitu saja.

This innocence is brilliant, I hope that it will stay. This moment is perfect, please don’t go away, I need you now.. And I’ll hold on to it, don’t you let it pass you by..” suara Yesung tiba-tiba menggantikan suara Hyun Jin disaat yang tepat. Hyun Jin menangis sambil menahan nyeri di jantungnya. Membiarkan Yesung menyangka mereka tengah bernyanyi berduet.

It’s the state of bliss you think you’re dreaming. It’s the happiness inside that you’re feeling. It’s so beautiful it makes you wanna cry..”

This innocence is brilliant. Please don’t go away. Cause I need you now and I’ll hold on to it. Don’t you let it pass you by..”

Tangan Hyun Jin terkulai lemas. Waktu berjalan lambat, Yesung membuka matanya perlahan ketika Hyun Jin menutup matanya untuk menghilang…

***********************

[BS:: Avril Lavigne – Innocence]

tit.. tit.. tit..

Bunyi peralatan rumah sakit saling bersahutan dalam ruang operasi. Bunyi itu mengiris-iris jantung mereka yang hidup di luar ruangan operasi.

Yesung merosot duduk di lantai dengan wajah frustasi lengkap dengan air mata diseluruh beluk wajahnya yang tampan.

Il Woo bersandar pada tembok di dekat Yesung dan tampak sama terpukulnya selama menunggu hasil operasi.

Zhou Mi di dalam ruang operasi penuh dengan peluh keringat yang berulang kali di usap oleh suster disampingnya.

Dan Hyun Jin diatas ranjang operasi itu, tengah di sorot 10 lampu dengan penerangan penuh tertuju pada bagian dadanya yang sudah di belah Zhou Mi. Darah Hyun Jin berceceran di beberapa tempat termasuk baju Zhou Mi dan dua dokter lainnya.

Wajah Hyun Jin tampak tenang sementara orang-orang disekelilingnya tengah khawatir dengan jalannya operasi.

“Ini adalah bagian sarang Germs,” ucap sang dokter ahli jantung.

“Kalau begitu pengangkatan kita lakukan dari bagian ini,” sambung dokter ahli bedah organ dalam.

“Tunggu!! Keadaan pasien tidak memungkinkan,” tentang Zhou Mi.

“Sekarang lebih baik, detak jantungnya bisa semakin lemah digerogoti jika tak segera diangkat. Kita tak bisa membuka jantungnya terlalu lama,” ujar dokter ahli jantung itu.

“Siapkan pengangkatan,” perintah Zhou Mi setelah menimbang-nimbang.

tit..tit..tit..

“Keadaan pasien melemah dok,” ujar suster yang bertugas mengecek denyut nadi Hyun Jin.

“Sebentar lagi,” jawab dokter ahli bedah.

“Benjolan sarangnya hampir menyentuh inti jantung,” ucap dokter ahli jantung.

“Jantungnya harus diangkat,” ujar dokter ahli bedah.

“Apa kalian tidak dengar?? Denyut nadinya melemah!!” ujar Zhou Mi setengah berteriak.

“Tapi kita tak punya pilihan lain!! Jantungnya sudah parah!! Penambalan tak akan berhasil!! Pencangkokkan juga sudah terlambat!!” tegur dokter ahli jantung tak kalah keras.

“Dokter, kondisi pasien melemah drastis!” ucap suster yang memantau seluruh keadaan Hyun Jin dari semua peralatan yang ada disana.

“Hyun Jin~ah!! Jeball, bertahanlah,” ucap Zhou Mi sambil terus berusaha bersama kedua dokter lainnya.

“Dokter!!”

‘tiiit..tiiiit..’

“Sedikit lagi!!”

“Hyun Jin~ah,”

TIIIIIIIIIIIIIIIITTTTTT….

Yesung terhenyak, ia mengangkat wajahnya dan menatap ke pintu ruang operasi. Sebulir air mata jatuh perlahan.

2 Tahun Kemudian

August, 24th 2015 – 06.00 am KST

Seorang namja berpakaian putih berjalan memasuki sebuah kamar yang tengah disirami cahaya matahari tenggelam di ufuk barat. Namja itu berjalan pelan menuju pintu jendela kamarnya yang terbuka. Gorden pintu jendela itu tertiup angin yang cukup menusuk kulit.

Namja itu menapakkan kakinya perlahan hingga ada di luar jendela tersebut. Wangi bunga semerbak memenuhi halaman rumah yang tengah ia pandangi.

Ia menoleh ke samping kirinya dan melihat seorang yeoja duduk kaku diatas sebuah kursi roda. Namja itu mendatangi sang yeoja, dan berlutut dihadapannya. Tersenyum lembut dan menatap mata yeoja itu secara langsung untuk berkomunikasi.

“Aku sudah datang,” ucap namja itu. Yeoja itu hanya mengedipkan matanya sekali tanda mengerti. Namja itu kembali tersenyum.

Operasi dua tahun yang lalu, berhasil menyelamatkan Jung Hyun Jin setelah jantungnya sempat berhenti selama satu menit. Usaha Zhou Mi mengembalikan detak jantung Hyun Jin berbuah cukup baik.

Jantung yeoja itu kembali berdetak walau harus mengalami koma selama 3 bulan. Para dokter berhasil melakukan pengangkatan Germs tanpa melakukan pengangkatan jantung seperti yang di ributkan sebelumnya.

Hyun Jin dinyatakan koma setelah satu menit detak jantungnya kembali terlihat di alat pendeteksi jantung. Begitu Hyun Jin sadar, ia bisa melihat Yesung dan menangis saat itu juga. Baik Yesung, Zhou Mi dan Il Woo, semuanya bahagia menyambut mata Hyun Jin kembali terbuka.

Tapi sayang, kebahagiaan mereka tak berlangsung lama. Hyun Jin dinyatakan mati indra, kecuali hidung dan matanya. Ia tak bisa berbicara, tak bisa merasakan apapun dengan tangan dan lidahnya.

Hyun Jin hanya bisa berbicara dengan kedipan mata dan ekspresi. Operasi itu membuat Hyun Jin juga kehilangan sebagian fungsi tubuhnya seperti tak bisa berbicara dan menggerakkan kedua tangan serta kakinya, seperti yang di beritahukan Zhou Mi sebelumnya.

Yesung merawat Hyun Jin dengan penuh kesetiaan. Sekuat apapun kedua orang tua Hyun Jin hendak menyembuhkan putrinya, itu tak pernah berhasil. Satu hari saja, Yesung tak pernah meninggalkan Hyun Jin. Yesung bahkan telah tinggal bersama Hyun Jin dalam satu atap yang sama.

Satu tahun lalu, gelar sarjana sudah ia genggam. Satu tahun lagi berjalan dengan jabatan manajer di tangannya. Ia tak menjadi penyanyi seperti cita-citanya, tapi menjadi seorang pembisnis meneruskan bisnis ayahnya. Ia takut akan sering meninggalkan Hyun Jin dan akan menimbulkan banyak masalah jika masuk dunia entertaimen.

Baginya tak apa jika dirinya yang terusik, tapi dia tak ingin Hyun Jin terusik. Oleh karena itu, Yesung melepaskan cita-citanya sebagai musisi, dan menjalani kehidupan yang tenang dengan merawat Hyun Jin.

“Hari ini ulang tahunku. Hyun Jin~ah, would you marry me??” tanya Yesung sambil menyodorkan kotak perhiasan berisi dua cincin emas putih yang sangat indah.

Hyun Jin tetap bisu. 24 Agustus 2 tahun lalu adalah terakhir kalinya Hyun Jin bisa bernyanyi. Terlalu banyak kerusakan pada saraf di jantung Hyun Jin yang mengganggu pembuluh di otaknya saat operasi itu berlangsung. Hal itu di karenakan kondisi pasien yang tidak bisa bertahan lebih lama lagi.

Hyun Jin menangis. Bibirnya tertarik dan matanya berkedip beberapa kali dengan cepat. Yesung tahu apa artinya itu. Ia mengecup kening Hyun Jin sekilas kemudian memasangkan subuah cincin di jari manis Hyun Jin lalu di jari manisnya sendiri.

Yesung menghapus air mata yang terus-terusan jatuh di mata Hyun Jin. Yesung menggeleng sambil tersenyum. Perlahan mendekati wajah Hyun Jin dan mencium bibir yeojachingunya itu lembut.

Dalam dimensi waktu cinta mereka berkelana, dalam satu waktu cinta mereka bersatu. Dalam derita mereka bertahan, dalam lara mereka saling menopang. Hingga diujung cahaya yang menerangi kebahagiaan, kesetiaan menjadi dasar keabadian.

Kesetiaan yang abadi atas cinta yang sejati..

END

Tag:, ,

About e'LIX'ie_Vey

Annyeong haseyo ^^ my name is Vey or Lix lahir dan dibesarkan di pulau Dewata - BALI ^^ i'm ELF my bias is Kim Jong Woon [Yesung] my hobby is reading and writing... i'm a Bahasa Indonesia Teacher... you like to read Fan Fiction?? you must visit me :D

Tinggalkan komentar