FF Present ‘SURPRISE?!’ for HEE Couple by Denofa Elixea

vevolo

Tittle                     :  Surprise?!  [HEE Series]

Author                  :  Denofa Elixea

Genre                   : Romance

Rating                   : M

Cast (s)                                 : Choi Rae Hee, Kim Hee Chul, others

Disclaimer          : lixFF©2012 ; All of casts is belong to GOD, their management, and of course belong to themselves ; This FF is totally mine.

Dedicated to      : My beloved dongsaeng, Choi Rae Hee yang ultah tanggal 4 Desember ^^ !! SAENGIL CHUKKAE HAMNIDA :*

Warning              : Perhatikan rating ! Typo dan Miss everywhere !

 

======================== HAPPY READING=========================

“Sial!”

Lagi. Umpatan kecil itu kembali keluar dari bibir gadis yang sedang berdiri di depan sebuah bangunan besar di pusat kota Seoul. HEE Entertainment. Begitu bunyi tulisan besar-besar yang menjadi ikon bangunan tersebut. Dan gadis itu—entah sudah berapa kalinya—kembali menatap sekelilingnya dengan kesal.

Gadis itu cantik. Sangat cantik malah, meski dua alisnya bertaut dan bibirnya tak henti berdecak kesal. Rambut hitam gelombangnya dibiarkan terurai dan sedikit awut-awutan di bagian atas karena keseringan diacak, mungkin sejak sejam yang lalu. Dress abu-abu berompi pink yang dikenakannya tampak chick dengan postur tubuhnya yang semampai. Tungkai kakinya yang putih mulus terekpos begitu saja dan beralaskan stiletto putih dengan tali-tali yang melilit hingga betisnya.

“Ini sudah lewat sejam dan dia belum juga datang! Bisa-bisanya aku punya kakak seper—”

-CKIIIIITTTTTT-

Sebuah Shelby Supercars warna putih metalik berhenti cepat di hadapan gadis itu yang otomatis membuat si gadis itu memasang wajah penuh amarah pada si pengendara mobil mewah itu.

“—ti itu….YAKKK!!! Kau tahu berapa lama aku menunggumu di sini?! Satu jam…satu—” gadis itu berteriak lagi tepat saat seorang gadis lain keluar dari pintu kemudi. Seorang gadis yang memakai kacamata hitam dengan rambut cokelat muda yang diikat tinggi di puncak kepalanya. Gadis itu memakai t-shirt putih bertuliskan ‘Crazy’ dan dilapisi jaket kulit hitam penuh bling-bling. Celana bootcut kulit, plus boot hitam sebetisnya membuat orang-orang akan berpikir wah-gadis-ini-sangat-cool.

Mianhae Rae Hee-a. Jalanan macet sekali,” ujar gadis berkacamata itu santai sembari mengedikkan bahunya dan membuka kacamatanya. Dia imut, sebenarnya.

Eonnie! Kau tahu aku benci menunggu!” gerutu gadis berdress itu sambil memanyunkan bibirnya, lalu ia melengos masuk ke dalam mobil itu tanpa menunggu dipersilakan oleh si empunya mobil.

Yaa!! Sejak kapan kau berubah cerewet seperti itu, eoh?”seloroh gadis itu sambil melihat ke arah gadis yang dipanggil Rae Hee itu.

~ooOOOoo~

Seorang pria berpostur jangkung, dengan topi hitam bertuliskan ‘CHICK’ di bagian depannya dengan sulaman benang perak serta kacamata hitam dengan lambang Y di gagangnya, sedang berjalan pelan menuju basement apartemen termewah yang terletak di jantung kota Seoul itu.  Tubuh kurusnya di balut t-shirt warna kuning serta jas warna hitam. Celana jeans biru dongker dan sepatu kets putih melapisi bagian bawahnya.

Sambil bersiul sesekali, pria itu berjalan gontai menuju mobil Peaugeot Coupe putih kesayangannya yang terparkir di sana. Namun, beberapa langkah sebelum mencapai mobilnya, pria itu berhenti karena ponselnya tiba-tiba bernyanyi nyaring.

~Big Head Calling~

Yeoboseyo? Wae geurae Yesung-ie?” Suara pria itu memecah keheningan basement. Dia kembali melangkah sembari membuka pintu mobil dan masuk ke dalamnya.

“Ah…aku lupa. Bisa kau kirimkan alamat lengkapnya?”

Ia menstater mobilnya. Memanaskannya sejenak sambil memasang sabuk pengaman.

Arraseo.” Dengan hati-hati diletakkannya ponsel hitamnya itu di atas dashboard.  Tak lama, mobil putih itu mulai melaju meninggalkan area parkir.

~ooOOOoo~

 Kim’s House, Hannam-dong – Gangnam

Seorang gadis duduk di kursi taman yang menghadap langsung ke arah sungai Han. Rambut panjangnya dikuncir kuda dengan bando yang mengepit poninya ke atas. Tampak santai dengan babydoll pink bergambar Shaun the Sheeptampaknya ia juga belum mandi sedari bangun—gadis itu sibuk memainkan tablet berwarna pink di tangannya.

“Kau harus sarapan dulu, Rae Hee-a,” sapa seorang pria imut dengan postur tubuh yang kurang tinggi untuk ukuran pria. Tangannya memegang nampan berisi susu dan dua potong sandwich telur.  Tersentak, gadis itu menoleh, “Eoh, Wook Oppa…kau mengagetkanku.” Tersenyum, gadis bernama Rae Hee itu menggeser sedikit duduknya ke pinggir agar pria itu leluasa meletakkan nampannya di atas kursi. “Makanlah, lalu mandi. Ini sudah hampir pukul 9 pagi, jika Siwon hyeong menjemputmu nanti kau masih dalam keadaan begini, bisa-bisa—”

“Arraseoyo Oppa…ahh~ kau ini sama cerewetnya dengan—”

Rae Hee buru-buru menyumpal mulutnya sendiri dengan sandwich ketika dilihatnya gadis lain datang dengan wajah masam dan langkah terburu.

“Kau belum mandi?!” gerutunya. Gadis itu nyaris sama tinggi dengan Ryeo Wook—pria imut tadi. Wajahnya pun sama-sama imut, tapi sayang…jiwa mereka tak seimut wajahnya. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Rae Hee.

“Sebentar lagi Eon! Kau tak lihat aku sedang makan?” cicit Rae Hee di sela-sela aktivitas mengunyahnya. Ryeo Wook tersenyum sejenak, tak banyak bicara ia langsung pergi meninggalkan dua gadis itu. Sementara gadis imut yang baru datang itu langsung mengambil tablet yang diletakkan Rae Hee di pangkuannya saat Rae Hee sibuk menyantap sarapannya. “Apa ini? Kau masih diam-diam menstalker namja aneh ini?”

Rae Hee berhenti mengunyah. Melotot, gadis itu nyaris menyemburkan susu yang beberapa detik lalu diteguknya. “Mwoya? Aneh? Yaa! Pria pujaanmu itu jauh lebih aneh, kau tahu?!” semburnya. Wajahnya berubah masam, namun tetap mengunyah sandwich. Kentara jika ia kelaparan. Tentu saja, bagaimana bisa seseorang yang sejak kemarin tidak sempat makan saking sibuknya, tidak kelaparan.

“Ryeon Woo Eonnie.”

“Hmm.”

Hening. Rae Hee meneguk lagi susunya yang tersisa sementara gadis imut bernama Ryeon Woo itu masih asyik dengan aktivitasnya menjelajah apa yang tadi menyita perhatian Rae Hee.

“Sudah lama aku tak melihatnya. Kapan ya dia pulang?” desar Rae Hee sambil melempar pandangannya ke arah rumpun tanaman berdaun jarum yang tumbuh di sudut pekarangan. Itu tanaman Commonheath, kesukaan Ryeon Woo. Tanaman itu tampaknya tumbuh dengan amat baik meskipun baru dipindahkan dari habitat aslinya di dataran tinggi Alpen.

“Euh? Nuguya?” Ryeon Woo kini menatap Rae Hee dengan penasaran, bertanya siapa kiranya ‘dia’ yang dimaksud. Rae Hee membulatkan matanya. Lucu. Dalam hati ia gemas dengan ‘kakak’nya yang satu ini. Kim Ryeon Woo, kakak jadi-jadiannya. Mereka saling mengenal karena  kakak-kakak mereka berteman. Ya. Kim Ryeon Woo adalah dongsaeng dari Kim Ryeo Wook. Sedangkan Choi Rae Hee adalah adik dari Choi Siwon. Ryeo Wook dan Siwon adalah anggota band Fly to the Sky yang digawangi oleh seorang  pria yang memiliki suara indah, Kim Jong Woon atau yang biasa dipanggil Yesung.  Dimana Yesung adalah namjachingu dari Ryeon Woo.

“Siapa lagi, Eonnieeee?” gerutu Rae Hee sambil merebut lagi tab miliknya, membiarkan Ryeon Woo berteriak marah. Ia tak peduli. Yang dipedulikannya adalah pria aneh yang dimaksud oleh Ryeon Woo tadi. Ralat! Dia tidak aneh, hanya sedikit berbeda dan lebih berkarakter, pikir Rae Hee.

Kim Hee Chul.

Satu nama itu senantiasa melayang-layang dalam pikiran Rae Hee. Sejak ia membuka matanya di pagi hari, hingga ia membuka matanya lagi di hari berikutnya. Intinya, yahh…setiap saat. Pria itu dikenalnya di pesta pernikahan kakaknya yang lain—Song Eun Na—beberapa bulan yang lalu. Kebetulan, Kim Hee Chul adalah kakak dari pengantin pria Eun Na, Kim Ki Bum.

Saat itu…entah siapa yang memulai. Kecelakaan memalukan yang terjadi di gereja saat pernikahan itu.

-Flashback-

 

Rae Hee memandang takjub pada dua pasangan yang hari ini menjadi raja dan ratu dalam gereja terbesar di Seoul. Mereka tampak tampan dan cantik sekali dalam balutan tuksedo dan gaun putih khas pengantin. Menyaksikan ini malah membuat Rae Hee menangis. Gadis itu berdiri di deretan paling depan. Sendiri. Karena empat eonnie-nya yang lain datang berpasangan. Dan parahnya lagi, oppanya—Choi Siwon—malah datang bersama sang kekasih—Shin Hye Bin, eonnie-nya juga—tanpa menawarkan tumpangan pada Rae Hee. Gadis itu sempat kesal tadi pagi.

 

“Yaahh…beginilah nasib seorang magnae cantik yang sampai saat ini tak mempunyai pasangan karena pria-pria bodoh itu tak berani mendekatiku. Emh…mungkin saking cantiknya aku. Bahkan…tak seorang pun menawariku tumpangan karena tak ingin keromantisan-dalam-mobilnya TERGANGGU!” rutuknya tadi pagi saat melewati pasangan-pasangan yang membuatnya naik darah. Oleh karena itulah, ia mengambil deretan tempat duduk paling depan, tepat di sebelah seorang pria yang sejak ia mulai duduk, tetap tak melepaskan kacamata hitamnya.

 

Dan… para kakak-kakaknya yang menurutnya sangat menyebalkan itu, tak melontarkan kata maaf atau tampang bersalah sedikit pun ! Hal itu membuat Rae Hee diam seribu bahasa dengan api yang menggelegak di dasar hatinya. Bersyukur…hari ini adalah hari bahagia eonnie yang amat disayanginya—Song Eun Na—sehingga gadis itu mengurungkan niatnya untuk mengamuk.

 

“Bisakah kau tidak berisik?”

 

Rae Hee tesentak. Sebuah suara asing terdengar menggerutu di sebelahnya. Rae Hee menoleh ke arah suara.

 

-DEG-

 

Demi bintang paling terang di jagat raya. Demi permata paling indah di muka bumi. Demi…whatever! Demi apapun itu, Rae Hee melongo.

 

Tatapan mata itu sangat tajam karena si pemilik telah melepas kacamatanya, entah kapan. Rambut hitamnya di sisir sangat rapi, dan kulitnya…demi Tuhan! Rae Hee sempat berpikir kalau pria ini keturunan keluarga Cullen—vampir di film Twilight itu—saking putihnya kulit yang dimilikinya. Dan bibirnya…bibirnya…

 

“Kau! Bisakah kau berhenti menggumamkan gerutuan ‘brengsek-sialan-kurang ajarmu’ itu? Tak bisakah kau memberikan ruang hening saat dua orang di depan itu mengucap janji setia sehidup semati?” cecar pria itu lagi.

 

Rae Hee tambah melongo. Dirinya? Jadi pria itu marah padanya?

 

Rae mencoba menghentikan pikiran bodoh ketika ia melihat bibir pria itu—namun tentu saja tak bisa karena baru saja ia berpikir untuk menciumnya—mencoba untuk membela dirinya. Namun entah kenapa bibirnya kelu untuk sekedar membalas ucapan itu.

 

“Bagus kau diam! Jangan keluarkan gerutuan lagi, okay?” Pria itu akhirnya memalingkan wajahnya, kembali menatap ke depan dan memakai kacamatanya. Rae Hee berdecak. ‘Siapa pria angkuh ini?’ pikirnya.

 

Pasangan pengantin itu mulai berdiri berhadapan. Rae Hee mencoba tersenyum melihat kakaknya itu sedang mengucapkan janji-janji setia.

 

“Saya Kim Ki Bum, menerima Song Eun Na sebagai istri saya—”

 

Tiba-tiba segalanya berubah dalam pandangan Rae Hee. Yang berdiri di altar itu adalah pria di sebelahnya, lengkap dengan setelan tuksedo putih yang mewah.

 

“—yang sah. Selalu mencintainya dalam senang ataupun susah—”

 

Senyum Rae Hee memudar manakala gadis yang tadinya adalah Song Eun Na berubah menjadi…menjadi…dirinya? Tampak cantik dengan gaun pengantin putih susu yang menawan dan sangat mewah. Dua tangannya digenggam erat oleh pria itu—yang duduk di sebelahnya.

 

“—saat sehat ataupun sakit, saya akan selalu menjaganya dan membahagiakannya.”

 

“Saya Choi Rae Hee, menerima tuan Kim—”

 

“ANDWEEEE!!!!”

 

Hening.

 

Semua mata tertuju pada satu titik kini, bukan lagi tertuju pada dua raja dan ratu di altar. Choi Rae Hee. Gadis itu mendadak berdiri di tengah khusyuknya acara sumpah janji pernikahan Ki Bum-Eun Na.  Saat udara mulai kembali mengisi paru-parunya ; saat pikirannya mulai kembali tersadar ; saat matanya perlahan membuka ; Rae Hee merasakan bahwa dunianya telah runtuh.

 

“Ah…mianhae…mianhae, aku tak sengaja menceritakan kisah seram padanya tadi, mianhae,” suara berat di samping Rae Hee terangkat, menenangkan dan mengalihkan perhatian para hadirin di sana. “Lanjutkan saja sumpahnya, aku akan membawanya keluar sejenak,” ujar pria itu lagi sembari berdiri dan menarik tangan Rae Hee, membawanya keluar.

 

Dan Rae Hee—masih setengah sadar dan tetap bungkam—hanya pasrah saat ia digeret keluar oleh pria yang sama sekali tak dikenalnya itu.

 

Eun Na dan Ki Bum yang tadinya kaget setengah mati karena acaranya diinterupsi, kembali menyita perhatian para tamu, acara pun kembali dilanjutkan.

 

-oOo-

 

“HEH! Apa yang kau lakukan tadi? Menginterupsi jalannya acara dan apa yang ada dalam pikiranmu sebenarnya, eoh? Kau menyukai dongsaengku?” cecar pria yang kini menyeret tangan Rae Hee. Dari nada suaranya, sangat kentara kalau pria itu sedang kesal.

 

Rae Hee meronta agar tangannya dilepaskan. “Appo!” teriaknya.

 

“Kau tahu, aku sudah menunggu momen ini. Menunggu momen saat dongsaeng es batu itu akhirnya berhenti menjadi ekorku dan menikah dengan orang yang kuharap bukan es batu juga!” cecarnya lagi.

 

Rae Hee mengomel dalam hatinya, ‘Apa-apaan pria ini? Kenapa dia mengoceh tentang es batu?’

 

“HEI!!! Kau tipe es batu juga?!” teriak pria itu akhirnya. Mereka sampai di pekarangan gereja yang sedikit tersembunyi, di bawah kanopi-kanopi batu yang dirayapi oleh tanaman mawar yang tumbuh merambat, menjuntai ke bawah dengan bunga-bunganya yang mulai bermekaran. Rae Hee terpojok. Ia masih belum sadar posisinya sekarang. Pria itu, mencengkeram dua tangannya, menyudutkannya ke dinding. Pria itu menunduk, menyejajarkan wajahnya dengan Rae Hee. Menatap dua bola mata Rae Hee dengan intens. Dan Rae Hee…ia—entahlah—terlihat antara sadar dan tidak sadar.

 

“Nona?” Suara pria itu melunak. Cengkeramannya pun melonggar. Rae Hee terkesiap. Dia perlahan sadar, bangkit dari fantasi bodoh yang sedari tadi menguasai akal pikirannya.

 

Gadis itu mengerjap. Akhirnya menyadari kalau dia sedang menempel di tembok dengan dua tangan dicengkeram oleh si pria asing  dan…dan…wajah yang begitu dekat itu membuatnya merasakan hembusan hangat yang keluar dari dua cuping hidung mancungnya.

 

Tersentak, Rae Hee menjerit dan mendorong pria itu. Namun naas—atau sebuah keberuntungan mungkin—pria itu masih mencekal tangan Rae Hee. Terdorong ke belakang dan…

 

-BRUUUGGHH-

 

Rae Hee merasakan tubuhnya terjatuh di atas lembut dan hangatnya tubuh di bawahnya. Dan meski matanya terpejam…

 

Apa ini yang dirasakan bibirnya?

 

Lunak. Lembut. Sedikit basah dan…manis?

 

Gadis itu membuka mata, perlahan dan mencoba meyakinkan dirinya sendiri, berusaha menepis pikiran-pikiran yang beberapa saat lalu diinginkannya.

 

“YA!!! APA YANG KALIAN LAKUKAN DI SINI?!!! CHOI RAE HEE!! KAU?!”

 

Choi Siwon muncul dengan wajah terperangah, di sebelahnya Kim Ryeon Woo dan Shin Hye Bin, nyaris bersamaan menutup kedua mulut mereka. Terperanjat oleh adegan 17 tahun ke atas yang sama-sama mereka saksikan namun tak pernah mereka duga akan dilakukan oleh magnae mereka.

 

Pria jangkung itu terjengkang di lantai dengan dua tangan masih menggenggam erat jemari Rae Hee yang kini menindih pria itu. Dan bibir mereka beradu. Posisi yang bisa membuat siapapun yang melihatnya bisa salah paham.

 

Rae Hee tersadar oleh teriakan oppanya, buru-buru melepaskan diri dan mencoba berdiri. Begitu juga dengan pria itu. Wajahnya tampak bersalah.

 

“O-oppa…ja-jangan salah paham…” pinta Rae Hee sambil membenahi gaunnya yang sedikit kusut. Pria itu melakukan hal sama. Mereka benar-benar terlihat seperti pasangan mesum yang tertangkap oleh tim eksekusi tindak kekerasan seksual.

 

“Eoh, Hee Chul Hyeong?! Apa yang kau lakukan?” Yesung muncul, dengan raut wajahnya yang sama-sama panik. Yah…kedatangannya malah membuat Rae Hee ingin membenamkan tubuhnya dalam tanah saat itu juga.

 

-Flashback end-

“—kau benar-benar…Ya! Choi Rae Hee! Kau tidak mendengarkanku,eoh?!” Ryeon Woo rupanya menyadari bahwa gadis di sebelahnya tak mendengarkan ocehannya sejak tiga menit yang lalu itu. Rae Hee terkesiap, teriakan Ryeon Woo benar-benar membuyarkan lamunannya.

“Ya! Eonnie-ya…bisakah sedetik saja mulutmu bungkam? Ahh! Aku mau mandi! Menyingkir! Menyingkir!” Rae Hee bangkit, meninggalkan Ryeon Woo yang sudah siap menyemburnya lagi dengan omelan tapi beruntung, ponsel gadis itu berbunyi dan sapaan genit terlontar dari bibirnya.

“Eohh…nae chagiya, eodiseoyo?”

Rae Hee hanya tersenyum geli mendengar suara kekanakan eonnie-nya itu, yang keluar hanya saat ia bicara dengan pria aneh berkepala besar bernama Yesung itu.

Kim Hee Chul.

Nama itu datang lagi. Rae Hee kembali merindukan pria jangkung yang sudah mencuri first kiss-nya—walaupun itu sebuah kecelakaan. Pria yang merupakan pemilik dari HEE Entertainment yang kerap dikunjunginya seminggu sekali—hanya untuk memastikan sang young president itu sudah kembali dari New York.

Mereka memang tak memiliki hubungan yang jelas.  Sejak kejadian itu memang mereka semakin dekat. Itu karena Rae Hee terlalu sering mengunjungi kediaman Hee Chul untuk menemui Eun Na. Dan pria itu, sering menuduhnya menggunakan kesempatan itu untuk menemuinya.

“Kau rajin ke sini untuk menemui adik iparku atau untuk menemuiku ? Kau jatuh cinta padaku ya? Wah…wajahmu memerah! Jadi benar kau menyukaiku? Wahhh…efek ciuman itu ternyata dahsyat ya? Boleh kita ulangi lagi?”

Begitulah kalimat-kalimat yang kerap terlontar dari mulut pria super pede itu. Membuat Rae Hee ingin menyumpalnya dengan sandal. Tapi Rae Hee justru meredamnya dengan berhenti mengunjungi Eun Na dan lebih memilih bertemu di luar.

Tapi yang terjadi adalah…

“Kenapa kau tak pernah muncul lagi? Aku merindukanmu Nona Choi.”

Sebuah pesan singkat yang suatu pagi terkirim ke ponsel Rae Hee oleh nomor tak dikenal. Tapi Rae Hee tahu siapa pemilik nomor asing itu. Dan dari sanalah segalanya dimulai.

=====================================================================================

3 Desember 2012

18.25 KST

 

HEE Entertainment

Sebuah mobil putih mengkilat—Peugeot Coupe—berhenti di areal parkir gedung manajemen artis itu. Seorang pria muda lalu turun dengan kacamata dan topi yang masih dikenakannya sejak tadi pagi digunakannya  sejak meninggalkan apartemen.

“Ahh~ Kim Sajang-nim! Kau sudah kembali?” sapa seorang gadis cantik yang duduk dibelakang meja FO. Pria itu hanya membalas dengan senyum dan melenggang masuk ke dalam lift. Langkahnya tak begitu semangat ketika ia mulai memasuki kantornya yang terletak di lantai 4.

Ruangannya tak berubah, padahal sudah ditinggalkan dua bulan ke New York untuk urusan keluarga. Dan tentu saja tetap bersih. Pria itu bisa mengamuk sangat lama jika ia menemukan sebutir debu di atas mejanya.

Ia menyampirkan jasnya di gantungan dekat meja. Matanya melirik kalender kecil di atas meja. Terlingkari spidol merah dengan stiker kue ulang tahun. Sudut bibir kirinya menaik perlahan. Menampilkan smirk-nya yang khas. Ia lalu menarik laci mejanya, mengambil sebuah pigura berwarna cokelat tua. “Emh…apa kau tak merindukanku?” desahnya.

~ooOOOoo~

Handel & Gretel Café

03 Desember 2012 – 20.30 KST

Mwo? Kim Hee Chul tidak jadi datang?” seorang gadis dengan rambut hitam yang dikuncir kuda berteriak nyaris berdiri, namun untung pria di sebelahnya sigap menarik tangannya agar tetap duduk. Tiga orang gadis dan empat pria sedang duduk melingkari satu meja di salah satu sisi café yang cukup ramai pengunjung.

Hyeong mengatakan ada sesuatu yang harus dikerjakannya lagi, sehingga kepulangannya ditunda hingga minggu depan,” ujar seorang pria yang wajahnya mulai ditumbuhi kumis tipis. Dia Kim Ki Bum, dongsaeng Kim Hee Chul. Gadis tadi mengaduk-aduk cangkir berisi cokelat panasnya dengan gusar. Semua rencana hebat yang bergumul di kepalanya langsung buyar begitu saja.

“Memangnya apa yang kau rencanakan Yeon Hyo-a?” sela gadis lain yang duduk di sebelah Ki Bum—Shin Hye Bin. Ia tunangan Choi Si Won sekaligus calon kakak ipar Rae Hee. Yoon Yeon Hyo lalu mengeluarkan selembar kertas dari tas selempangnya.  Shin Hye Bin, Lee Euhyun, Choi Siwon, Cho Kyuhyun, Kim Ki Bum, dan Lee Donghae—yang duduk melingkari meja itu—lalu memfokuskan tatapan mereka pada kertas yang berisi coretan-coretan Yeon Hyo.

“Jadi begini rencananya—”

Gadis itu—layaknya seorang penjebak profesional—mulai menjabarkan detail acara kejutan yang akan dilakukannya beberapa jam lagi untuk menyambut ulang tahun magnae kesayangan mereka, Choi Rae Hee yang kedua puluh.

“—seharusnya peran ini milik Hee Chul yang bertugas membawa kuenya—”

“Hee Chul Oppa!” Euhyun meralat ucapan Yeon Hyo—yang tidak jauh berbeda sifatnya dengan Kyuhyun—yang sering tidak menyebutkan embel-embel Oppa atau Eonnie pada orang yang lebih tua darinya. Yeon Hyo tidak menggubris, malah semakin semangat menjelaskan rencananya.

“—ketika Rae Hee datang, kita langsung ceburkan dia ke kolam belakang!! Eotte?” serunya sambil menatap teman-temannya dengan antusias. Euhyun dan Hye Bin tidak langsung menyetujui usul Yeon Hyo itu meski para pria sangat antusias. Apalagi Kyuhyun. Pasangan evil ini memang selalu kompak dalam hal mengerjai orang lain.

“Rae Hee gampang sakit kalau berlama-lama di air,” sergah Hye Bin sembari menatap Yeon Hyo dengan wajah cemas. Gadis yang satu ini memang selalu mencemaskan hal-hal kecil orang-orang yang dicintainya. Tipe wanita keibuan yang disukai Siwon—itu pasti.

“Bagaimana jika acara cebur mencebur itu diganti? Misalnya…lempar tepung?” usul Ki Bum sembari menyeruput latte-nya yang mendingin. Dong Hae dan Kyuhyun berpandangan namun tak bicara apa-apa. “Lebih baik,” putus Hye Bin dan Eu Hyun bersamaan—tersenyum memandangi Yeon Hyo yang memajang wajah tak suka karena usul briliannya diubah, namun ia tak bisa memaksakan kehendaknya.

“Baiklah. Kita punya waktu beberapa jam lagi untuk menyiapkan semuanya. Hye Bin-a, bisakah kau menelepon Ryeon Woo eonnie untuk memastikan kuenya, dan kau Eu Hyun-a, telepon Eun Na eonnie untuk menanyakan posisi mereka sekarang?” tanya Yeon Hyo sambil mencentang beberapa list yang dibuatnya dalam note kecil berwarna pink kesayangannya.

Hye Bin mengangguk lalu mengambil ponselnya untuk menghubungi Ryeon Woo yang sedang bertugas menjadi seksi konsumsi, yang menyanggupi pembuatan kue ulang tahun untuk Rae Hee. Eu Hyun melakukan hal yang sama ; menelepon Song Eun Na yang bertugas mengalihkan perhatian Rae Hee dengan mengajaknya jalan-jalan ke Lotte Mart untuk membeli baju-baju bayi.

====================================================================================

Peugeot Coupe putih kesayangan Hee Chul melaju perlahan keluar dari areal parkir HEE entertainment.  Dari balik kaca jendela belakang mobilnya, sebuah bingkisan besar teronggok. Berbungkus kertas berwarna pink cerah dengan pita-pita berwarna putih.

“Aku harus membeli 20 mawar putih dulu,” gumamnya ketika melewati sebuah florist yang buka 24 jam. Heechul menepikan mobilnya dan turun. Ketika sibuk memilih-miih mawar terbaik, pria itu dikejutkan oleh sebuah tepukan di punggung.

Oppa!! Kau? Kapan kau kembali?” Seorang gadis dengan mantel bulu hitam, rambut cokelat terangnya tergerai sampai punggung, dan wajah kesal khas seorang Kim Ryeon Woo memelototinya.  Hee Chul tersentak kaget namun ia masih bisa menguasai dirinya agar tidak terlonjak. Gadis di depannya ini menggendong sebuah buket bunga  daisy putih dengan beberapa tangkai mawar merah.

“Eoh, Ryeon Woo-a…kau sedang apa?” Hee Chul dengan sigap—walau terlambat—menyembunyikan mawar-mawar yang dipilihnya itu ke belakang punggungnya. Ryeon Woo memicingkan mata, menatap Hee Chul dengan geli, “Membeli mawar untuk kejutan ulang tahun Rae Hee? Ya ampun Oppa…kau selalu berkata ‘aku dan Rae Hee hanya teman’ ; ‘tidak! Tidak! Kami tidak pacaran!’ ; ‘aku menyayangi Rae Hee seperti dongsaeng sendiri’ tapi kenapa kau tidak mau jujur bahwa kau-menyukai-Rae Hee-sebagai-seorang-wanita?”

“Apa yang kau katakan? Ulang tahun Rae Hee? Kapan?” tanya Hee Chul dengan wajah bodohnya. Untung Ryeon Woo sedang mengatur moodnya agar tidak kesal untuk beberapa jam ke depan demi lancarnya perayaan ulang tahun Rae Hee. Jika tidak, tulang kering Hee Chul sudah menjadi santapan empuk kakinya.

“Mwo?! Kau bahkan tidak tahu ulang tahun Rae Hee? Padahal selama beberapa bulan terakhir ini kau nyaris kemana-mana bersamanya? Membuat kami semua mengira kau PA-CA-RAN dengan magnae kami itu?” cecar Ryeon Woo geram. Moodnya rusak total.

Mianhae. Tapi malam ini aku sudah berjanji dengan seseorang yang ingin kupinta untuk menemaniku hingga akhir hidupku. Dan jangan salah paham, Ryeon-ie. Aku menyayangi Rae Hee seperti aku menyayangimu, sepupu kecilku. Dan juga… Rae Hee menyukai pria lain,” lirih Hee Chul sedih, namun senyum tipis tergurat di bibirna.

Ryeon Woo mematung.

‘Sejak kapan Rae Hee menyukai pria lain?’ pikirnya.

“Maafkan aku, dongsaeng. Aku duluan ya? Sudah terlambat.” Hee Chul mencubit gemas pipi Ryeon Woo. Pria itu  langsung membayar bunga-bunganya dan pergi, meninggalkan Ryeon Woo yang masih mematung.

“Hei? Setidaknya dia harus mengucapkan saengil chukkae pada Rae Hee nanti karena sudah kuberitahu ‘kan?” desah Ryeon Woo. Dalam hatinya, gadis itu sedih mengingat betapa Rae Hee berusaha keras untuk mendapatkan perhatian pria jangkung cantik itu. Tapi…tapi pria itu mengatakan bahwa Rae Hee menyukai pria lain. Benarkah?

Ponsel Ryeon Woo bergetar, membuat gadis itu tersadar. Ia berjalan ke kasir untuk membayar bunga yang dibelinya.

“Ye, Hye Bin-a. Wae geurae?” Sambil merogoh dompet, gadis itu menjawab panggilan dari sahabatnya, Shin Hye Bin.

“….”

“Sudah beres. Aku sedang dalam perjalanan ke café sekarang. Tapi kau tahu? Hee Chul Oppa sudah kembali, tapi—”

Ryeon Woo menggantung kalimatnya sejenak sembari mengambil buket dan menyodorkan beberapa lembar uang pada si pedagang.

“—dia pergi ke suatu tempat untuk  melamar seseorang dan itu bukan Rae Hee.”

-BLAM-

Ryeon Woo menstarter mobilnya, lalu perlahan melajukannya menuju Handel & Gretel.

“Aku serius Hye Bin-a! Aku baru saja bertemu dengannya di florist! Dia membeli 20 bunga mawar putih! Dimana Rae Hee? Masih bersama Eun Na ‘kan? Jangan hubungi dia dulu tentang ini, oke?”

====================================================================================

Lotte Mart

Rae Hee melirik Guess putih di tangannya. 10.55 pm KST. Letih mulai merayapi tubuhnya. Apalagi pekerjaannya seharian ini memforsir tenaganya. Gadis itu mengerjap-erjapkan dua matanya, berharap minusnya tidak berganti status menjadi silinder karena selama 18 jam harus berhadapan dengan layar komputer di kantornya, HEE Entertainment.

“Kau lelah, Rae Hee-a ?” tegur gadis manis di sampingnya yang berjalan sedikit lambat karena perut buncitnya yang semakin membesar.  Meski sedang hamil 6 bulan, Song Eun Na—istri Ki Bum—masih terlihat fresh malam ini.

“Tidak Eonnie-a. Aku tidak lelah sama sekali. Sudah 7 kantung, sekarang…kau ingin  membeli apa lagi, Eon?” elak Rae Hee dengan senyum manisnya.  Gadis itu melirik lagi jam tangannya. Pukul sebelas malam lewat 5 menit.

Sebuah kejanggalan memang. Tumben Ki Bum berbaik hati membiarkan istrinya berburu midnight sale akhir tahun tanpa ia temani secara langsung.  Memang pria itu sudah menghubunginya, berkata agar mengalihkan perhatian Eun Na dulu karena dirinya—Ki Bum—sedang menyiapkan surprise party untuk Eun Na dalam rangka sesuatu yang tidak bisa ia sebutkan (“Ini rahasia Rae Hee-a. Aku tak ingin kau keceplosan jika kuberi tahu,” katanya). Rae Hee penasaran dengan rahasia itu, tapi gadis itu berpikir lagi. Eun Na sama sekali tak berniat berhenti belanja, seolah-olah ini hari terakhir hidupnya. Dan kakaknya itu sama sekali tidak berniat pulang atau mungkin mengecek ponselnya jika ada panggilan dari Ki Bum. Itu anehnya.

“Kau istirahatlah dulu sebentar Hee-a. Aku akan ke kamar mandi sebentar,” Eun Na membimbing Rae Hee untuk duduk di sebuah kursi yang berjejer di sepanjang lorong. “Baiklah,” Rae Hee menurut. Ia membiarkan eonnie-nya itu pergi sendiri ke toilet. Tepat saat itu ponselnya berdering.

Ki Bum calling.

“Yeoboseyo Oppa-a. Eotte?”

“…”

“Di H&G? Kau membuat surprise party di sana?”

“….”

“Baiklah, akan kubawa eonnie ke sana. Arraseo—”

Mata Rae Hee lalu menangkap sosok tak asing berjalan menuju restoran Jepang yang berada dalam area foodcourt tak jauh dari tempatnya duduk. Sosok itu memakai setelan serba hitam lengkap dengan topi dan kacamata. Samar. Tapi Rae Hee sangat mengenalinya. Di belakangnya, seorang pria mendorong troli berisi sebuah  bungkusan besar dan buket mawar putih.

“—Hee Chul oppa?” desahnya dengan telepon yang masih belum terputus.

“Rae Hee-a? Gwaenchanna?” terdengar suara Ki Bum di telepon, sedikit cemas.

“Eo…Oppa. Gwaenchannayo. Aku akan segera ke H&G. Annyeong!” Buru-buru, Rae Hee mematikan teleponnya dan berlari mengejar pria yang beberapa detik lalu—bahkan sampai saat ini—sudah membangkitkan rindu yang sudah menggelora dalam hatinya.

Bibir Rae Hee terbuka hendak berucap.Sinkron dengan tangannya yang sudah terangkat untuk melambai. Tapi kakinya seketika melemas. Langkahnya terhenti saat matanya menangkap sesosok wanita menyambut Hee Chul dengan tangan terentang. Hee Chul memberinya pelukan dan kecupan di pipi kiri gadis bergaun merah menyala itu. Cantik. Bahkan kecantikannya bisa mengalahkan cap ‘cantik’ yang dimiliki Hee Chul.

Ada sakit menusuk setiap senti bagian hati Rae Hee. Nyeri. Bahkan jantungnya berdetak seribu kali lebih cepat yang membuatnya  sesak padahal pasokan oksigen di sekitarnya masih cukup untuk seratus orang lagi. Yang tak gadis itu inginkah malah terjadi. Tidak hanya setetes dua tetes. Air matanya mengalir cukup deras, menerobos pertahanan kelopak mata kirinya. Sedangkan yang di mata kanannya menyusul sama derasnya.

“Rae Hee-a?”

Eun Na datang tepat saat Rae Hee memutuskan untuk berbalik daripada ia harus menanggung sakit lagi jika melihat adegan mesra lainnya dari Hee Chul dan gadis merah menyala itu.

“Eoh…Eonnie?”

Sigap, Rae Hee menghapus air matanya dengan punggung tangan. Ia menarik sudut bibirnya ke atas. Tersenyum untuk menyatakan pada Eun Na bahwa ia baik-baik saja.

“Ada apa denganmu? Kenapa kau menangis?” Eun Na cemas. Merasa bersalah karena meninggalkan gadis itu terlalu lama untuk ke kamar mandi agar bisa menjawab panggilan Eu Hyun yang menyatakan segalanya sudah siap. Tapi, kenapa Rae Hee menangis?

Anniya Eonnie. Aku hanya terharu oleh sesuatu. Aku lapar Eonnie, maukah kau menemaniku ke H&G sebentar untuk makan rainbow cake buatan Ryeon Woo eonnie?” tanya Rae Hee sambil tersenyum dan menarik tangan Eun Na untuk menjauh dari tempat itu.

“Ba-baiklah!” Meski masih tak yakin dengan asumsi bodoh yang baru saja merasuki pikiran Eun Na, bahwa telah terjadi sesuatu yang menimpa Rae Hee dalam jangka waktu beberapa menit ke belakang, Eun Na tak mengelak saat Rae Hee mengatakan bahwa ia ingin ke H&G. Bukankah itu berarti rencana berjalan lancar?

====================================================================================

Rae Hee mendadak jadi pendiam selama perjalanan ke Handel & Gretel. Meski Eun Na memancingnya dengan berbagai celotehan yang tidak begitu penting, gadis itu tak terusik sedikit pun. Tanggapannya hanya berkisar pada kata ‘benarkah?’, ‘hmmm’, atau ‘omona’.

Eun Na merasa bicara dengan patung akhirnya memutuskan ikut diam. Tersisa dua puluh menit lagi untuk mencapai tengah malam.

Rae Hee menepikan mobilnya di parkiran café milik Kim Jong Woon a.k.a Yesung—kekasih Kim Ryeon Woo—yang sudah sepi. Kosong malah. Hanya ada satu mobil van kecil yang terparkir.

“Ini masih buka?” celetuk Eun Na.

“Masih. Ryeon Woo eonnie dan Yesung oppa masih di sini, kok,” ujar Rae Hee sambil tersenyum. Ia melepaskan mantelnya lalu menarik tangan Eun Na, mengajaknya masuk.

~ooOOOoo~

Handel & Gretel

23.58KST – 4 Desember 2012

Sebenarnya pada hari-hari biasa, café milik Yesung ini tidak buka hingga tengah malam. Tapi ini adalah hari spesial. Setidaknya itulah yang ada di pikiran Rae Hee. Yah…gadis itu tahu bahwa beberapa detik lagi ia akan berusia 20 tahun. Tapi yang tidak ia tahu, ada momen apa yang diperingati oleh pasangan es batu ini pada hari yang sama dengan hari kelahirannya?

Eun Na sudah mengirimkan kode pada Ki Bum dan rekan-rekan lainnya yang bertugas memberi surprise di dalam. Calon ibu muda itu senyum-senyum sendiri di belakang Rae Hee yang juga baru saja mengirim pesan pada Ki Bum bahwa ia telah sukses membawa Eun Na ke TKP.

-BLET-

Gelap.

“KYAAAA!!!”

EONNIE-YA! Eodiseoyo?”

Rae Hee merasa Eun Na lepas dari genggamannya, ia masih tenang karena dalam pikirannya ini adalah trik yang sudah dipersiapkan Ki Bum. Ruangan itu gelap. Sangat gelap sehingga gadis itu tak bisa melihat keadaan di sekelilingnya. Erangan Eun Na lenyap. Tak ada desah napas dalam ruangan itu. Rae Hee mulai panik. Ia mencoba melangkah ke segala arah, mencari sesuatu yang bisa di pegangnya.

Eonnie-ya! Yakk!!! Ki Bum Oppa! Siapapun!!! Dimana kalian—” gadis itu mulai panik. Beberapa kali ia menabrak punggung kursi atau pinggiran meja.

-BRUUUGHHH-

“—Awwww!!! Siapa it—”

Rae Hee tersedak. Ia merasakan sentuhan lembut di bibirnya. Dekapan dua lengan yang nyaman melingkupi tubuhnya.

“—Op-Oppa…mmmhh…in..i….Rae—”

Basah mulai terasa berganti manis. Lembutnya memabukkan. Masih melumat meski sesekali Rae Hee merasakan si pencium mulai menggigit bibirnya.

“—Mmmmhhhppp…YAAAAAKK!!!!” Rae Hee mengerahkan semua kekuatannya untuk meronta. Tapi tenaga pria itu terlalu besar. Ciumannya memang telah berhenti. Namun dekapannya masih mengikat. Jantung gadis itu mulai tak karuan lagi ketika otaknya mulai bekerja secara sadar.

Desahan napas yang berat ini.

Pelukan nyaman ini.

Saengil chukkaeyo, Rae Hee-a.”

Suara ini.

CHUUUPPP~

Rae Hee merasakan kecupan hangat dan lembut di dahinya. Lututnya melemas bersamaan dengan bening yang menembus dua kelopak matanya. Segalanya mulai terlihat dalam gelap, meski masih sama-samar.

“Hee—Hee  Chul Oppa?”

Satu per satu lilin-lilin kecil mulai bersinar dari segala penjuru ruangan. Makin lama makin banyak. Ditambah kerlip lampu warna-warna yang menghiasi dinding. Rae Hee terkesima manakala koor mulai terdengar dari pojok ruangan. Senandung merdu dari Yesung, Siwon, Kyuhyun,  Ki Bum, dan Dong Hae mengalun begitu harmonis.

~ Saengil Chukka hamnida…saengil chukka hamnida…saranghaneun uri magnae… saengil chukka hamnida~

Rae Hee tak bisa membiarkan sudut bibirnya tertarik ke bawah, bergetar menahan gejolak rasa haru yang kini melingkupi batinnya. Apalagi ketika lima gadis lain datang dengan sebuah kue tart yang penuh buah-buah tropis datang dengan banyak lilin kecil di atasnya.

~Happy birthday to you…happy birthday to you…happy birthday…happy birthday…happy birthday to you!!!~

Eonnie-deul! Oppa-deul…huhuhuhuhu—”

Rae Hee membiarkan air matanya mengalir begitu saja saat tahu bahwa dirinyalah objek utama penjebakan dalam café ini. Orang yang dicintainya. Kakak-kakak perempuannya. Dan juga kakak-kakak lelakinya. Semua. Semuanya berdiri mengelilinginya yang sedang berhadapan dengan Ryeon Woo yang memegangi kue tart besar itu.

Make a wish, Chagi-a,” ujar Si Won sambil tersenyum pada dongsaengnya itu. Rae Hee—masih berlinang air mata—mengangguk kemudian memejamkan matanya cukup lama.

~FYUUUUUHHH!!!! FYUUUUHHHHH~

Butuh waktu lama bagi Rae Hee agar bisa memadamkan dua puluh lilin warna-warni itu sebelum cairannya meluber ke atas cokelat tart-nya.

“HOREEEEEEE!!!!!”

Mendadak suasana riuh karena pesta kejutan ini. Rae Hee memeluk Hye Bin, alih-alih memeluk Eun Na yang tak bisa dipeluknya dengan erat karena perut besarnya.

“Kalian tega sekali…hikkss…tapi aku menyukainya…gomawoyo…hiikkkss—” desah Rae Hee sambil memasang wajah kesalnya.

“Untukmu adalah yang paling spesial, magnae jelek!!!” teriak Ryeon Woo sambil mencolek cokelat dengan ujung jari kanannya lalu memolesnya di pipi Rae Hee.

“YAAAAKKKKK!!!! EONNIE JELEK!!!”

Para pria menghindar keluar agar tak menjadi sasaran perang krim itu. Para gadis juga menyusul keluar. Namun Yeon Hyo—yang lari paling belakang—segera mengunci Rae Hee di dalam restoran.

“YAAAAKKK!!!! BUKKKAAAA!!!!”

Rae Hee menendang pintu itu sekuat tenaga. Ia senang sekaligus kesal atas ulah kakak-kakaknya itu. Tapi tak lama ia terdiam. Sadar bahwa ada satu orang yang berdiri di belakangnya. Diam. Dan tenang.

Rae Hee berbalik. Matanya menatap sosok jangkung kurus yang menatapnya tanpa ekspresi itu. Sosok yang dirindukannya. Sosok yang beberapa menit lalu mencium bibirnya dengan sedikit kasar. Sosok yang begitu…dicintainya.

Namun bayangan adegan peluk mesra di restoran sejam yang lalu kembali melintas. Hati Rae Hee tiba-tiba saja mencelos. Detak jantungnya mulai berirama normal meski darah perlahan naik ke ubun-ubunnya.

“Jangan salah paham, Rae Hee-a. Aku sudah menyiapkan sesuatu untukmu. Kajja!” Hee Chul menggamit tangan Rae Hee namun gadis itu menepisnya. Hee Chul berhenti melangkah. Berbalik lalu menatap Rae Hee intens.

“Kau tahu aku menyukaimu, Hee Chul Oppa. Tapi kau seolah tak peduli. Di matamu aku hanya seorang dongsaeng, majjayo? Kau selalu menemaniku saat aku terpuruk. Memenuhi segala inginku dalam sekejap mata. Memberikan bahuku saat aku ingin menangis. Kau—bahasa tubuhmu berkata kalau kau membalas rasaku, tapi…tap—”

Hee Chul maju selangkah langsung mendekap tubuh mungil Rae Hee. Membiarkan Rae Hee meronta dan memukulinya.

“Aku bilang sudah menyiapkan segalanya Rae Hee-a. Hari ini. Aku hanya menunggu hari ini. Tepat saat kau sudah meninggalkan usia belasanmu. Dan saat kau siap untuk menjadi seorang Nyonya Kim,” ujar Hee Chul yang seketika membuat tubuh Rae Hee menegang.

Rae Hee terbelalak. Ia mendorong tubuh Hee Chul dan menatap mata pria itu. Menyelidik dan mencari pembenaran.

-KRIEEETTT-

-BRUUUGHHHH-

Appoya!”

Eonnie-ya! Kau menginjak tanganku!”

“YAKKK!!! Rambutku—”

“Eun Na-a! Hati-hati perutmu!”

“Aaaaww….awww!!!”

Ryeon Woo, Yeon Hyo, Hye Bin, Eu Hyun, bahkan Eun Na—mereka terjatuh bertumpuk saat pintu depan restoran terbuka tanpa sengaja—nyengir bersamaan di bawah tatapan tanpa ekspresi Hee Chul yang saat itu sedang mencoba untuk memeluk Rae Hee lagi.

“Ahh~ lanjutkan…lanjutkan, hahaha! Kami sebenarnya cuma kehausan dan berniat mengambil air—” Eu Hyun membuka mulutnya untuk menutupi kecanggungan yang terjadi akibat ulah bodoh mereka itu.

“Kalian…akan menikah? Omo?! Hee Chul Oppa! Bukankah kau tadi mengatakan padaku bahwa kau tak mencintai Rae Hee sebagai wanita? Lalu kau bilang sudah punya calon istri? Ckckckc!” Ryeon Woo menyipitkan matanya, menatap Hee Chul dengan tatapan tak yakin.

“Heeiii…heii…kalian! Apa yang kalian lakukan?” Yesung kemudian datang. Dengan wajah kesal ia menarik kerah baju Ryeon Woo, menyeret gadis itu sebelum mengeluarkan tuduhan-tuduhan tak jelas pada Hee Chul.  “YAAAKKK!!! Kau mau membunuhku, Mr. Big Head?!” Ryeon Woo berteriak kesal.

“Lanjutkan!!! Hee Chul Oppa! FIGHTING!!!” Yeon Hyo mengepalkan tinjunya ke udara lalu menyusul gadis-gadis lainnya pergi dari ruangan itu. Hee Chul dan Rae Hee masih membisu. Tak satu kata pun keluar dari mulut mereka. Tidak protes. Tidak menyangkal. Atau pun mengiyakan.

“Ryeon Woo termakan jebakanku rupanya. Kajja Rae Hee-a. Kita lewat pintu belakang. Mobilku terparkir di taman belakang,” Hee Chul kembali menggamit tangan Rae Hee dan menyeretnya pergi.

Chakkamannyo!” Rae Hee mencoba protes, namun Hee Chul tak menggubrisnya. Pria itu hanya melempar smirknya.

====================================================================================

Hee Chul’s Apartemen

4 Desember 2012

02.20 KST

Ruangan berukuran 15×15 meter persegi itu temaram. Hanya beberapa cahaya lampu meja berwarna kuning saja yang meneranginya.

“Ini pertama kalinya aku ke sini,” celetuk Rae Hee. Gadis itu berjalan di belakang Hee Chul sambil mengedarkan pandangannya ke seluruh penjuru ruangan.

“Aku juga.”

Rae Hee menatap Hee Chul heran. “Yah…aku menyiapkan apartemen ini sebagai hadiah ulang tahunmu. Ini adalah rumah kita. Masuklah ke dalam,” Hee Chul berhenti di sebuah pintu kamar yang di cat pink. Rae Hee menatap pria itu curiga. “Apa yang—”

“Masuk saja, Bodoh!” Hee Chul tersenyum. Rae Hee melempar decakan pada pria itu lalu membuka pintu itu pelan-pelan.

~ooOOOoo~

[Intro:]
Check it out…
First of all I would like to deticate this song to a very special
And beautiful young lady in my life
And lady who which I’m very in love with
From the bottom of my heart I speak only what I feel
Hoping gthat you will understand there will never be another man
That will love you the way I do. You are my world
And without you my life is not worth living so please baby… (just let me love you)
Give me one more chance
And you will see I the man that loves you will never let you down

There’s nobody sweet like you baby you know that I love you
You be the girl that I be thinking about every mother fucking day
I can’t get you out of my mind. I remember the day that I met you
The day that I met you the very first time. I knew I had to make you
Mine. So I started to where you was at and asked you for your name.
You gave me your name and your number now your stuck inside my brain
Cause all that I do is think about how much I wanna be your man
And spend my like with you my girl because I love you. We talked on the
Phone that night on a regular basist, but still I havent popped the question
Baby will you be my girl I know I’m the one for you and you the one for me
So just take my hand I’ll be your man together us to for eternity.

[Chorus:]
I wanna love you til the end of time I wanna make you mine
Baby don’t go
You are the only one I think about everyday
I wanna make you mine baby don’t go
Say that you’ll be my girl (Say that you’ll be my girl) yeah
Say that you’ll be my girl

Nobodys ever been able to make me feel the way u feel make me
Feel this love is real I’ll never put nobody else above you
Never did I think a man like me would have a chance but now seeing
You I’m trapped inside of this romance. My world was lonely till
The day that you came along but now I’m living life with you are what keeps me
Strong. Wtihout you my life would be worth so don’t leave my side
I hope some day you’ll be able to say yess you’ll be my bride
I’ve been in love with you for quite some time
And I feel so good that I girl like you to love me when I need you
Hug me kiss me don’t you stop and tell that I’m the one
That you need you are my world so tell me baby that you want to be my girl

[Chorus:]
I wanna love you til the end of time I wanna make you mine
Baby don’t go
You are the only one I think about everyday
I wanna make you mine baby don’t go
Say that you’ll be my girl (Say that you’ll be my girl) yeah
Say that you’ll be my girl

I know I’ve done things in the past but how long will this last I said
I was sorry please for give me and just give me one more chance
My life without you ain’t the same I’m learning from my mistakes
And though theses heartaches that your putting me through I need you
Baby don’t you go I’ve always been true I’ve never cheated
I’ve always been that man you wanted girl your what I needed
So give me your love I’m waiting for you the girl of my dreams
Oh how unreal it seems when your not standing next to me!

Rae Hee tak kuasa menahan air matanya untuk tak jatuh lagi sejak dua jam yang lalu. Kejutan demi kejutan beruntun menimpanya pagi ini. Bahkan sejak ia menginjakkan kakinya di apartemen ini. Ciuman. Pelukan. Bunga. Lilin-lilin yang cantik. Bahkan lagu yang tadi dinyanyikan Hee Chul yang hanya ditemani petikan gitar akustik. Be My Girl. Pernyataan cinta. Semuanya. Semuanya kado indah yang diterima Rae Hee. Gadis itu menelungkupkan wajahnya di telapak tangannya. Ia terisak di atas tempat tidur yang dihiasi kelopak-kelopak mawar merah bertebaran. Lilin-lilin aroma terapi pun menambah romantis suasana. Di sampingnya, sebuah boneka teddy bear besar—nyaris sebesar dirinya—menyembul di balik sebuah kertas kado yang baru dibuka setengah.

“Rae Hee-a. Choi Rae Hee. Maukah kau, menikah denganku?” Hee Chul berucap parau, memaksa Rae Hee mendongakkan wajahnya yang bersimbah air mata. Ia menatap pria yang kini menyodorkan sebuah kotak kecil berlapis beludru merah yang berisi…

Oppa—cincin itu…” Mata Rae Hee membulat melihat sebuah cincin perak dengan ukiran capung berhiaskan sebuah permata besar berwarna putih. Cantik dan berkilau.

“Maukah-kau-menjadi-istriku-secepatnya?” Hee Chul mengulangi lagi pernyataannya dengan tegas dan lugas. Wajah yang biasanya tanpa ekspresi itu berubah. Berharap dan cemas. Rae Hee merasa bahwa ia tak lagi berpijak di bumi. Ia terbang. Hatinya. Hatinya sedang melayang saat ini bersama dentuman genderang yang membahana dalam relung dadanya.

“Haruskah aku menjawabnya?” isak gadis itu lirih. Matanya menghujam manik mata Hee Chul. Pria itu tersenyum.

“Iya. Harus kau jawab.” Pria itu tersenyum. Rae Hee menunduk. Ia menggigit bibirnya dengan keras. “Haruskah aku membantumu menggigit bibir yang begitu menggoda itu, hmm?” Hee Chul menatap Rae Hee seduktif.

“Iya Oppa.”

Mwo? Iya untuk apa? ‘Iya Oppa, bantu aku menggigit bibirku’ atau ‘Iya oppa, aku bersedia menerima lamaranmu’?” ujar Hee Chul tak yakin. Ia memendekkan lagi jaraknya dengan Rae Hee. Mungkin wajah mereka hanya tersisa beberapa centimeter saja.

“Emhh…menurutmu?” goda Rae Hee sambil mendorong pundak Hee Chul menjauh, namun pria itu lebih sigap. Ia mengambil cincin di kotak kecil itu lalu memasangnya di jari manis tangan kanan Rae Hee. Lalu…

Op—Oppa…”

Hee Chul mendorong Rae Hee hingga jatuh tertidur di atas ranjang dan ia sendiri merangkak naik. Memposisikan tubuhnya di atas tubuh Rae Hee. Dua tangannya menahan agar Rae Hee tak memberontak. Namun Rae Hee memang tak berniat memberontak.

“Mulai detik ini, kau milikku, Rae Hee-a. Saranghae…”

Hee Chul mengecup pipi Rae Hee, perlahan, dengan lembut. Rae Hee tersenyum. Ia melingkarkan tangannya di leher Hee Chul, mencari bibir pria itu lalu menyapunya terlebih dahulu. “Gomawo Oppa, untuk segalanya. Na do…saranghaeyo.”

Dan…waktu hanya bisa berjalan lebih lambat. Membiarkan lilin-lilin itu mengikis dirinya sendiri dalam panas api yang membakar. Sepanas aroma cinta yang juga mulai membakar hati dua insan yang saling melepaskan rindunya. Bercumbu dan saling melemparkan janji manis yang terukir kian dalam. Bertukar napas lewat sentuhan-sentuhan yang mulai meliar dan decakan manisnya cinta yang membara.

Sementara itu…

Di Handel & Gretel…

“YAAAAKKK!!!! Rae Hee HILANG!!!”  Siwon berteriak keras hingga Ryeon Woo menimpuknya dengan bantal berbentuk kura-kura milik Yesung.

“Ah~ paling-paling Hee Chul yang menculiknya,” ujar Kyu Hyun santai sambil memainkan PSP-nya di sudut ruangan. “YAK! Kapan kau bisa melepaskan pacar pertama tercintamu itu, Bodoh?!” Yeon Hyo merebut PSP itu dan membuangnya di tong sampah.

“Bisakah kalian tenang? Ini sudah pagi…” desah Eun Na sambil menyandarkan tubuhnya di sofa. Calon ibu muda itu kelelahan. Ki Bum dengan setia menemaninya di sofa itu, menjadi sandaran.

“Sudahlah. Dia sudah besar Siwon-a, biarkan dia menikmati awal usia 20-nya,” ujar Yesung sambil mengambil potongan kue yang dibagikan Hye Bin. “Ini enak!” serunya lagi sambil melirik Ryeon Woo yang menguap lebar-lebar.

“Yah…setidaknya, rencana kita mengerjainya berhasil, ‘kan?” ujar Eu Hyun. Semua berteriak setuju.

“Dan sekarang…kalian semua bantu aku membersihkan ruangan ini sebelum jam 6 pagi—” Yesung berucap tegas sambil menatap ‘keluarga’nya itu satu persatu dengan senyum dikulum.

“SHIIIRREEEOOOOOOO!!!!!!”

Dan…seperti koor, semua orang menolak perintah Yesung.

==========================================================FIN========

Huahahahaha!!!!

Demi apa FF ini ancur BADAAAIIII!!!

Rae Hee-a, maaf kalau kau mendapat hadiah sehancur ini, hihihihi

Semua cinta kuberikan untukmu, yang TERsayang :*
satu persatu jalanmu mulai terbuka. Aku menyayangimu…GBU ❤ ❤

 

Salam penuh cinta bertabur berliannnn

*) tapi aku benar” minta maaf karena ngasihnya laaammmaaaaaaa bgd >.<

 

Love’

-Lix-

Tag:, , , , , , , , ,

About e'LIX'ie_Vey

Annyeong haseyo ^^ my name is Vey or Lix lahir dan dibesarkan di pulau Dewata - BALI ^^ i'm ELF my bias is Kim Jong Woon [Yesung] my hobby is reading and writing... i'm a Bahasa Indonesia Teacher... you like to read Fan Fiction?? you must visit me :D

1 responses to “FF Present ‘SURPRISE?!’ for HEE Couple by Denofa Elixea”

  1. deewookyu says :

    baguuuss. like it!!!1

Tinggalkan komentar