Tag Archive | Yoon Eun Mi

‘heathLOVE’

Holaaaaa….akhirnyaa author sarap datang lagi bawa FF special comeback yang ngga beda” dari sebelumnya a.k.a tetep GAJE. Hehehe….ngga banyak bacot, di tengok dulu deh yaa ^^

 

 Image

Tittle               : ‘heathLOVE’

 

Author            : Veynicca Jung

 

Length            : Oneshoot

 

Word              : 6782

 

Genre             : Romance, Gaje

 

Main Cast      : Kim Jong Woon & Jung Hyun Jin

 

Support Cast : Jung Il Woo, Jung Yong Hwa, Zhou Mi, HyeWon Couple,

                          HEE Couple, EunBum Couple, HyoKyu Couple, others.

 

Credit Pict.     : YeLoveFFa~

 

Ulzzang          : Jung Roo

 

Disclaimer      : the casts is belong to themselves, this FF is MINE ! Don’t COPAS without my permitted!

 

 

Author Words:

 

Readersku tercinta, mian kalau FF ini terkesan FLAT karena konfliknya ngga keliatan. Silakan kalian komentari berbagai kecacatan dalam FF comeback ini, akan saya terima sebagai ucapan terima kasih karena sudah mau membaca karya dari author abal-abal ini. FF ini juga sebagai tanda bahwa saya sudah kembali bersama KIM JONG WOON a.k.a YESUNG sebagai pairing original Jung Hyun Jin.

Kritik dan saran amat saya perlukan, so SHOW Ur WORD Guys! Jangan takut jangan malu,,,okeee !! Yang SIDERS, terimakasih uda membaca FF saya. Yang uda mau like n komen, aku tebarkan cinta oppadeul untuk kalian.

 

 

HAPPY READING ~~~~

 

 

 

Jung’s Family House

Gangnam – Seoul

15.25 KST

“Oppa…tidakkah kau kasihan melihat yeodongsaengmu satu-satunya ini memelas?” Seorang yeoja berambut panjang dan sedikit bergelombang dibagian ujungnya menangkupkan kedua tangannya di depan dadanya sambil berlutut di hadapan seorang namja yang sedang asyik membaca sebuah buku tebal. Tak sedikitpun namja berwajah tampan dan tegas itu menoleh.

Yeoja itu berdecak kesal lalu menjulingkan matanya, mengejek sang oppa. Lalu dia beralih ke satu namja lain yang sedang duduk sambil memainkan gitarnya dengan serius di beranda, tak jauh dari namja sebelumnya.

“Oppaku yang tertampan nomor 1, yang senyumnya semanis gula dan menjadi pujaan ratusan yeoja di seluruh Korea, maukah kau menolongku kali ini?” pinta yeoja itu lagi kepada oppanya yang lain. Namja yang lebih muda dari namja sebelumnya itu menghentikan kegiatannya sebentar. Matanya menatap yeoja itu intens, senyum tersungging di wajah tampannya, “Chagiya…Oppa tak bisa. Besok Oppa ada show di Khatarsis, mianhae,” ujar namja itu sambil mengacak pelan rambut yeoja itu.

Yeoja itu merenggut, “Kalian berdua! Kenapa akhir-akhir ini tak pernah memperhatikanku lagi, eoh?! JAHAT!”

Yeoja itu memasang wajah masamnya lalu berlari masuk ke kamarnya dengan langkah yang sengaja dihentakkan, pertanda dia benar-benar kesal. Lalu ia membanting pintu kamarnya keras-keras.

-BLAAAM-

Dua namja di ruang tamu itu tersentak kaget. Namja yang memainkan gitar itu sontak menoleh ke arah namja yang sedang membaca buku.

“Hyung…eottohkae?” ujar namja yang memainkan gitarnya.

“Biarkan saja, sudah saatnya dia menghilangkan sifat manjanya itu,” ujar namja yang di panggil hyung itu.

~xXx~

Yeoja berambut panjang itu sesegukan di kamarnya. Dia benar-benar kesal kepada kedua oppanya. Selama 21 tahun, belum pernah kedua oppanya itu bersikap seperti ini. Padahal permintaannya sangat sederhana. Yeoja itu hanya ingin ditemani mencari kado ulang tahun untuk seorang temannya.

Jung Hyun Jin, nama yeoja itu. Mahasiswa semester 5 jurusan design fashion di Seoul National University of Art. Bungsu dari tiga bersaudara Jung. Orang tuanya sudah meninggal 5 tahun lalu akibat kecelakaan pesawat naas yang membawa mereka pulang dari Prancis. Sejak itu, Jung Il Woo, anak sulung keluarga Jung, serta Jung Yong Hwa, putra kedua, menjadi orang tua bagi Jung Hyun Jin.

Kedua putra Jung itu sangat menyayangi Jung Hyun Jin. Apapun yang diinginkan si bungsu itu selalu dipenuhi. Jung Il Woo yang berusia 28 tahun sekarang menjadi presiden direktur Jung Coorporation yang bergerak di bidang IT. Jung Yong Hwa yang berusia 25 tahun, adalah vokalis di sebuah band yang kini melejit di Korea Selata, CNBlue. Meski tanpa orang tua, keluarga Jung tak pernah kekurangan apapun, itulah yang menyebabkan Hyun Jin menjadi agak manja terhadap kedua oppanya.

“Menyebalkan! Menyebalkan!” Hyun Jin melemparkan boneka angry bird kesayangannya ke sembarang tempat. Bantal-bantalnya berserakan di lantai. Kamar yeoja itu benar-benar seperti kapal pecah!

-triiing-

Hyun Jin melirik ponsel yang tergeletak di atas bednya. Lalu, jemarinya mulai lincah menari di atas screennya.

From : Hyebin~

Hyun Jin-ah…aku di depan rumahmu bersama Rae Hee.

Hyun Jin melenggang ke jendela balkon, lalu melongok ke bawah. Terlihat Shin Hyebin—sahabatnya—melambai ke arahnya dan satu yeoja lain, Rae Hee, tersenyum padanya.

Yeoja itu langsung keluar kamarnya, melenggang langsung ke pintu depan—tentunya tanpa menoleh pada kedua oppanya yang masih di ruang tamu—untuk membukakan pintu untuk Hyebin dan Rae Hee.

~xXx~

Kantin Kampus – SNU

Keesokan harinya, 09.45 KST

Hyun Jin duduk di salah satu meja di sudut ruangan kantin sambil mengaduk-aduk lemonadenya dengan malas. Satu tangannya menopang dagu, sementara matanya menerawang kosong. Ia masih kesal dengan kedua oppanya, yang pagi ini lagi-lagi tak ada satupun yang mau mengantarnya ke kampus dengan berbagai alasan. Maka jadilah ia membawa mobil sendiri. Sesuatu yang sangat malas dilakukannya.

“Hei! Kenapa kau melamun?” tiba-tiba seorang yeoja cantik dengan rambut panjang dijalin menyamping, menghampirinya. Yeoja itu mengambil tempat di sebelah Hyun Jin, lalu mengeluarkan notebooknya dan mulai mengerjakan sesuatu.

“Eun Mi-ya…kau tak ada kelas, eoh?” tanya Hyun Jin sambil menatap satu lagi sahabatnya itu. Yoon Eun Mi, mahasiswi semester 5 jurusan Accounting.

“Hari ini tidak ada, tapi Yeon Hyo minta diantar ke kampus,” ujar Eun Mi tanpa melepas matanya dari layar notebook, “euh…padahal aku banyak tugas untuk besok!”

Yoon Eun Mi memiliki satu orang dongsaeng yang hanya terpaut setahun di bawahnya. Namun orang tua mereka ‘menyamakan’ umur mereka, maka jadilah Yoon Yeon Hyo tak mau memanggil eonnie pada Eun Mi. Yeon Hyo adalah mahasiswi fakultas Kedokteran, semester 5 juga.

“Dia tak bersama pangeran evilnya itu, eoh?”

Eun Mi menatap Hyun Jin sekilas, “Kyuhyun ke Jepang untuk 3 bulan. Katanya ada training.”

Ya, Yeon Hyo memiliki seorang kekasih bernama Cho Kyuhyun, seorang namja dengan sifat evil. Hobinya adalah menjahili orang, spesialnya Yeon Hyo yang keras kepala. Maka dari itu, mereka punya julukan Evil Couple.

“Eun Mi ! Hyun Jin!”

Hyun Jin dan Eun Mi menoleh bersamaan ke arah sumber suara. Tampak Rae Hee berlari kecil ke arah mereka sambil menyeret seorang namja, yang terlihat cantik dan sedingin es. Kim Heechul, kekasihnya.

“Hee-ya !” teriak Eun Mi girang. Hyun Jin hanya tersenyum lesu. Setelah mengucapka ‘hai’ pada Heechul, Hyun Jin kembali mengaduk-aduk lemonadenya dengan malas. Pikirannya melayang-layang. Diantara keempat sahabatnya, hanya dia yang masih berstatus ‘malam minggu sendiri di kamar’ alias tak punya pacar. Bagaimana bisa ia punya pacar, jika ada dua makhluk tampan yang bergiliran mengajaknya atau lebih tepatnya diajak Hyun Jin kemana-mana.

Dulu ia sempat dekat dengan seorang namja chinesse bernama Zhou Mi. Mantan tetangga di depan rumahnya. Namun hanya sekedar dekat karena ternyata Zhou Mi ternyata hanya menganggap Hyun Jin sebagai dongsaeng. Padahal Hyun Jin mati-matian menunjukkan sikap bahwa dia menyukainya.

Akhirnya, Hyun Jin terpaksa mengubur perasaannya dalam-dalam karena Zhou Mi ternyata memiliki kekasih dari China juga bernama Victoria. Saat kepindahan Zhou Mi kembali ke China, Hyun Jin mengurung dirinya di kamar sampai 4 hari, membuat kedua oppanya kelimpungan.

“Heiii!! Kau melamun? Gwenchanna, Hyun Jin-ah?” tanya Rae Hee sambil mengibas-ibaskan tangannya di depan mata Hyun Jin. Yeoja itu tersentak, “Eoh?! Nan gwenchanna…”

“Belakangan ini kau selalu melamun. Ada apa, Hyunnie?” tanya Eun Mi sambil menatap Hyun Jin.

“A…”

Tiba-tiba saja ucapan Hyun Jin berhenti saat semua serentak kaget karena Heechul tiba-tiba berdiri dengan ponsel menempel di telinganya, “Yeoboseyo!”

Namja itu menjauh untuk menerima telepon. Rae Hee berdecak kaget. Hyun Jin kehilangan selera untuk bercerita. “Gwenchanna,” ujarnya lemas.

Baik Eun Mi, ataupun Rae Hee tak bertanya lebih jauh. Mereka maklum, satu sahabatnya ini sedang dalam mood yang buruk.

“Aku akan pulang. Duluan yaa…” ujar Hyun Jin sambil beranjak bangkit tepat saat Heechul kembali. “Kau mau kemana Hyun Jin-ah” tanya Heechul sambil mengambil tempat di sisi Rae Hee.

“Pulang,” jawab Hyun Jin sambil melangkah gontai meninggalkan kawan-kawannya itu tanpa menoleh lagi.

“Kenapa dia?” tanya Heechul tak mengerti kepada Rae Hee. Sementara yang ditanya hanya mengangkat bahu, “Telepon dari siapa Oppa?”

“Sepupuku. Dia bilang sudah sampai di bandara. Kau mau ikut menjemputnya?” tanya Heechul sambil menatap kekasihnya lembut.

“Anni Oppa, aku ada kelas sejam lagi. Eun Mi-ya, kau hendak kemana?” ujar Rae Hee mengalihkan mata pada Eun Mi yang kini tengah membereskan bawaannya.

“Ke kelas Kibum sebentar, lalu aku akan pulang,” balas Eun Mi sambil tersenyum. Maka berpisahlah mereka disana, mengambil lajur masing-masing.

~xXx~

A view days later…

Han River

20.00 KST

Hyun Jin berjalan pelan di tepian sungai Han. Kedua tangannya dimasukkan dalam-dalam ke saku jaketnya. Wajahnya masih semurung beberapa hari yang lalu. Entah kenapa, akhir-akhir ini dia bersahabat dengan hal yang dibencinya. Kesendirian. Dulu ia begitu membenci kesendirian karena itulah, kemana-mana ia pasti menggeret salah satu oppa-nya. Mengajak sahabat tidak mungkin, karena mereka memiliki pasangan. Tak enak, pikir Hyun Jin.

Kaki Hyun Jin menendang kerikil kecil yang tampak oleh matanya, sekuat tenaga. Melampiaskan kekesalannya karena lagi-lagi Il Woo dan Yong Hwa menolak makan malam bersama di rumah. Hati Hyun Jin sedih sekali.

“Eomma…Appa…Boggoshipeoyo,” lirih Hyun Jin.

“AWWWW!!!!”

Tiba-tiba saja ada orang berteriak tak jauh dari kegelapan di depannya. Hyun Jin kaget.

“Ya! Siapa yang melempariku dengan kerikil ini?!” suara itu terdengar kesal. Lalu sesosok tubuh mencuat dari balik semak. Hyun Jin langsung balik badan dan hendak pergi cepat, begitu tahu kekesalannya memakan korban.

“Ya! Neo! Mau kabur eoh!” teriak suara itu lagi, Hyun Jin langsung berlari. Namun tiba-tiba…

-GUBRAAAKKK-

“Aaa…Appo….” Hyun Jin merasakan jidatnya berciuman dengan kerasnya beton yang dipijaknya tadi. Terdengar derap langkah di belakangnya. Sebuah tangan menariknya untuk bangun.

“Ya! Neo gwenchanna?” tanya suara itu. Hyun Jin menoleh ke arah penolongnya. Seketika itu juga, darahnya terkesiap langsung dari jantung ke ubun-ubunnya. Nafasnya terasa berhenti tiba-tiba.

“N…NEO?!!!”

Hyun Jin dan namja itu berteriak bersamaan saling mengacungkan telunjuk satu sama lain.

~xXx~

Hyun Jin mendadak gelisah. Hampir setiap menit dia mondar-mandir seperti setrikaan di tempat dia berada sambil menggigiti kukunya. Mendadak kekesalannya terhadap kedua oppanya menghilang entah kemana.

Jung Il Woo yang baru pulang dari kantor heran menatap yeodongsaengnya itu mendadak rajin di dapur atau sekedar berkutat di kebun menyiangi dedaunan kering di tanaman bunga kesukaannya. Bunga –bunga heath pink keunguan yang cantik.

Jung Yong Hwa segera menyadari kecemasan yang melanda Hyun Jin. Ia bahkan bisa melihat gurat-gurat kecemasan itu teraut di wajahnya, meski Hyun Jin tak mengatakannya.

“Hyunnie? Wae geurae?” tanya Il Woo menghampiri Hyun Jin yang menyembunyikan dirinya di tengah rerumpunan heath yang tumbuh subur di pekarangan belakang rumah. Yeoja yang berjongkok sambil melamun itu terkesiap kaget, “Op…OPPA!!!”

Il Woo terlonjak ke belakang, nyaris menabrak Yong Hwa yang ternyata mengekor di belakangnya.

“Hyung, gwenchanna? Hyunnie-ya, apa yang kau lakukan disana? Kalau ada ulat bulu bagaimana?” tanya Yong Hwa sungguh-sungguh namun yang diterimanya adalah tatapan membunuh dari Hyun Jin.

“O…Oppa…He…He’s back!” ucap Hyun Jin terbata. Il Woo dan Yong Hwa langsung menegang, lalu saling bertatapan. Ingatan mereka lalu menyatu pada satu sosok yang diduga menjadi penyebab Hyun Jin bertingkah seperti ini.

~xXx~

-flashback

Six years ago…

Hyun Jin duduk diapit kedua oppanya di sofa ruang tengah. Mereka sama-sama menghadapi kedua orang tuanya yang tampak tenang.

 

 

“Eomma…Hyun Jin masih kecil, tidakkah ini sebuah keputusan yang masih sangat dini,” tanya Il Woo sambil menggenggam tangan kiri Hyun Jin. Sementara Hyun Jin menunduk, tak menerima apa yang sudah diputuskan untuknya.

 

 

“Aboeji…kenapa harus menjodohkan Hyun Jin? Kau tak memberika kebebasan memilih jika begini,” ujar Yong Hwa sambil menatap ayahnya.

 

 

Tuan Jung berdeham pelan. Nyonya Jung menatap ketiga buah hatinya lembut.

 

 

“Hyunnie chagi…ini adalah perjanjian Appa dan Eomma dengan sahabat Appa sewaktu masih bersekolah. Kami pernah berjanji, jika Appa punya anak perempuan, maka Appa sepakat untuk menikahkannya dengan putra mereka kelak. Hingga kelahiran Yong Hwa, mereka akhirnya memutuskan untuk mengakhiri cita-cita konyol itu. Karena mereka hanya mempunyai dua anak laki-laki. Tapi beberapa tahun kemudian, Eomma-mu mengandungmu. Dan kau tahu, kelahiranmu bertepatan dengan kepergian sahabat Appa itu. Begitu dia tahu kau ada, ia sangat menginginkanmu sebagai menantunya. Itu pesan terakhirnya,” ujar Tuan Jung panjang lebar.

 

 

Hyun Jin menunduk semakin dalam.

 

 

“Jebal…turutilah keinginan kami, Chagi…kapan lagi kau menuruti keinginan terbesar kami?” ujar Nyonya Jung lirih, yang sontak membuat Hyun Jin menegakkan kepalanya mendengar ujaran itu.

 

 

“Eomma! Kau mengatakannya seolah kau akan pergi! Ahh! Shirreo! Aku masih kecil Eomma, Appa! Umurku bahkan baru 15 tahun!” teriak Hyun Jin. Il Woo mengusap punggung Hyun Jin lembut. Menenangkannya.

 

 

Tuan dan Nyonya Jung tersenyum.

 

 

“Sekarang kau boleh menolaknya, Chagiya. Tapi jika saat itu tiba, maka kau tak punya pilihan lain lagi.”

 

 

Hyun Jin tak bisa berkata apapun, begitu juga kedua oppanya.

 

**

 

“Dialah calon suamimu kelak,” ujar Tuan Jung sambil menunjuk pada seorang namja berusia sepantaran Yong Hwa. Seorang namja yang tampan, dengan rambut hitam mengkilap. Hidungnya mancung dengan kulit putih, tatapan matanya tajam, membuatnya terlihat sedikit, err…dingin. Begitulah kesan pertama yang ditangkap Hyun Jin. Namun terlepas dari tatapan matanya, namja itu sangat innocent.

 

 

Sama seperti Hyun Jin, namja itupun menatap Hyun Jin dari ujung rambut hingga ujung kaki dengan tatapan aneh. Membuat Hyun Jin bergidik, apalagi dengan aura yang sedikit aneh saat ia menyentuh tangan namja itu untuk pertama kalinya.

 

 

“Joneun, Kim Jong Woon imnida, bangapseumnida!” ujar namja itu saat menjabat tangan Hyun Jin yang tiba-tiba dingin karena gugup.

 

 

“Jung…Jung Hyun Jin imnida. Ba…bangapseumnida!”

 

 

Sial! Hyun Jin memaki dirinya sendiri dalam hati. Kenapa dia jadi terbata-bata begitu?

 

 

Pertemuan singkat itu tak berakhir di satu  hari. Ternyata, almarhum Tuan Kim Na Young dan Tuan Jung Il Hwa telah merencanakan perkenalan kedua putra putrinya dengan baik.

 

 

“Hei, Hyun Jin-ah! Kemari kau!” teriak Jong Woon sambil mengedikkan kepalanya, memberi isyarat agar Hyun Jin mengikutinya. Ini gila! Namja itu menjemput Hyun Jin di hari pertamanya bersekolah di Sapphire Blue High School.

 

 

“YA! Ige mwoya?! Kenapa kau menjemputku?! Aku hanya akan pulang dengan oppaku!” teriak Hyun Jin, menolak.

 

 

“Babo yeoja! Kajja!” namja itu langsung saja menarik tangan Hyun Jin tanpa aba-aba. Menyeret yeoja itu masuk ke dalam mobilnya. Jong Woon adalah mahasiswa semester 1 di SNUA jurusan Musik.

 

 

“Aaaarrhhhh shirreo! Shirreo! SHIRREO!!!! Hmmmmffffhhh!!!”

 

 

Benar-benar seperti kasus penculikan. Jong Woon membekap mulut Hyun Jin dengan satu tangan kanannya, sementara satu tangan lagi membuka pintu mobil.

 

 

Setelah berhasil mengunci Hyun Jin dalam mobilnya, Jong Woon meninggalkan sekolah itu dengan mengebut gila-gilaan. Hyun Jin sampai menutup matanya menyaksikan adegan balap yang kini membawanya.

 

 

“KAU GILAAA!!!!” teriak Hyun Jin kencang.

 

 

-Ckkiiiiiiiiiitttt-

 

 

-DUAAAGGHH-

 

 

Dengan mulus, jidat Hyun Jin beradu mesra dengan dashboard karena ia tak mengenakan seatbeltnya. Darah mengucur dengan derasnya.

 

 

Langsung saja Jong Woon melarikannya ke rumah sakit karena panik.

 

 

Sejak saat itu, Hyun Jin menjadi takut dengan Jong Woon. Ia tak mau dijodohkan dengan namja sakit jiwa seperti ini. Orang yang nyaris membunuhnya!

 

 

“Oppaaa!!! Aku tak mau…!! Aku tak mau dengannya!!! Huhuhuhu!!!” Hyun Jin—yang kepalanya kini diperban—menangis terisak dipelukan Il Woo. Yong Hwa sempat melayangkan tinjunya ke arah Jong Woon, “Begitukah caramu memperlakukan calon istrimu eoh?!”

 

 

Jong Woon meminta maaf pada semua keluarga Jung. Menjelaskan bahwa itu semua bukan kehendaknya. Ia memang sengaja menghentikan mobil karena tak tahan dengan teriakan Hyun Jin, tapi tak bermaksud mencelakai Hyun Jin.

 

 

Nyonya Kim saat itu benar-benar merasa kecewa kepada putra sulungnya itu. Jika bukan pesan terakhir suaminya, Nyonya Kim pasti akan memutuskan perjodohan itu demi keselamatan Hyun Jin. Tapi dengan sebuah diskusi keluarga, demi ketenangan Hyun Jin, maka Jong Woon dipindahkan ke London. Namun jika saatnya sudah tiba, maka Jong Woon akan kembali ke Korea untuk memenuhi permintaan ayahnya. Menikahi Hyun Jin.

 

 

-flashback end-

 

 

~xXx~

Sudah seminggu Hyun Jin tidak kuliah dengan alasan sakit. Padahal sebenarnya ia malas keluar rumah. Karena kedatangan Kim Jong Woon, kedua oppanya terpaksa mengurungkan niatnya untuk menjadikan Hyun Jin mandiri. Keduanya tak lagi cuek pada dongsaengnya itu.

Sebenarnya, kedua kakak beradik Jung itu mendapatkan pesan yang sama saat mendengarkan wasiat ayahnya.

‘Jaga Hyun Jin dengan baik. Persiapkan dia untuk menghadapi Kim Jong Woon, calon suaminya kelak. Jangan biarkan dia jatuh cinta dengan namja manapun kecuali Jong Woon.’

Baik Il Woo maupun Yong Hwa tak mampu menolak keinginan sang ayah. Dan hingga saat ini mereka memang berhasil menjaga Hyun Jin agar tak jatuh cinta dengan namja manapun. Soal Zhou Mi juga. Sebenarnya itu adalah ulah mereka. Memberitahu Zhou Mi untuk menjauhi Hyun Jin karena yeodongsaengnya itu sudah dijodohkan. Padahal mereka tahu, Zhou Mi juga mencintai Hyun Jin.

**

“Aku akan menjenguk Hyun Jin pulang kuliah nanti. Apakah kalian ikut?” tanya Hyebin pada Eun Mi dan Rae Hee saat mereka berkumpul di kantin kampus.

“Aku akan mengantarmu, Chagi,” ujar Choi Siwon, oppa Rae Hee sekaligus kekasih Hyebin. Rae Hee menggeleng, “Mianhae. Aku ada janji dengan Heechul oppa untuk ikut mengantarkan sepupunya untuk melihat sebuah perusahaan di Gwangjin. Mungkin aku akan menyusul.”

“Aku ikut denganmu, Hyebin-ah. Siwon oppa, aku menumpang mobilmu, gwenchanna?” tanya Eun Mi pada Siwon. Yang ditanya hanya mengangguk pelan sambil menampilkan senyum yang membuat lesung pipitnya terlihat jelas. Manis sekali.

**

Hyun Jin’s Home

13.45 KST

Hyun Jin melamun mengagumi rumpun-rumpun tanaman bunga heath-nya yang mulai mekar. Matanya tak lepas dari bunga-bunga cantik berwarna pink itu. Beberapa kupu-kupu tampak beterbangan di sekitarnya.

-Ting Tong-

Hyun Jin terlonjak. Tumben ada tamu, pikirnya. Ia lalu beranjak ke ruang depan. Lewat layar intercom, ia melihat dua sahabatnya, Hyebin dan Eun Mi.

“Hyebin-ah! Eun Mi-ya! Eh…Siwon Oppa! Aku kira hanya kalian berdua. Mana Rae Hee dan Yeon Hyo?” sapa Hyun Jin terlihat senang. Hyebin dan Eun Mi giliran memeluk Hyun Jin. Mereka lalu mengekori Hyun Jin yang mengajaknya ke gazebo di taman belakang untuk mencari angin segar.

“Yeon Hyo ada praktek. Dia titip salam untukmu. Rae Hee akan menyusul dengan Heechul…eumm…katanya ia mengantar sepupu Heechul. Entah kemana,” ujar Hye Bin sambil tersenyum.

“Kau baik-baik saja, Hyun Jin-ah? Sebenarnya ada apa?” tanya Eun Mi begitu mereka bersantai di gazebo. Hyebin duduk bersebelahan dengan Siwon yang tampak asyik dengan ikan-ikan emas di kolam tepat di bawah gazebo. Eun Mi duduk berhadapan dengan Hyun Jin.

“Nan gwenchanna…aku…entahlah. Aku hanya merasa tak nyaman pergi sendiri akhir-akhir ini karena suatu hal,” Hyun Jin menuangkan teh melati dari poci porselennya. Hyebin menatap Hyun Jin penasaran yang tak bisa disembunyikan, “Masalah kedua oppamu?”

Hyun Jin menggeleng. Batinnya meragu. Ia belum pernah menceritakan tentang perjodohannya kepada sahabat-sahabatnya. Haruskah ia bercerita sekarang? Masih ada Choi Siwon disini, ia tak enak.

“Lalu?” Hyebin memajukan duduknya, semakin mendekati Hyun Jin. Eun Mi menatapnya sekilas. Hyun Jin tersenyum, “Beri aku waktu. Nanti akan aku ceritakan.”

Angin semilir bertiup pelan mengajak pucuk-pucuk rumpun heath Hyun Jin menari. Gemericik air kolam memecah keheningan di antara mereka. Hyebin sudah hendak membuka suara. Mengalihkan suasana agar tak menyamai sepinya kuburan.

-TING TONG-

“Pasti Rae Hee!” ujar Eun Mi. Mereka tak bisa mendengar suara mobil karena posisi mereka ada di belakang rumah utama.

“Tunggulah disini,” Hyun Jin langsung berlari masuk ke dalam rumah.

~xXx~

Mata Hyun Jin membulat sempurna saat mendapati 3 orang berdiri di hadapannya tepat saat ia membuka pintu. Segala yang berusaha ia hindari selama ini berada di hadapannya penuh dengan wajah yang nyaris sama terkejutnya. Mengabaikan suara Rae Hee dan Heechul yang bersemangat memberi salam, tubuh Hyun Jin seolah kehilangan keseimbangan manakala matanya langsung beradu dengan dua mata hitam tajam itu.

Yeoja itu terhuyung pelan ke belakang. Mencoba menguasai emosi dan pikirannya, sekaligus berusaha menahan beban tubuhnya, Hyun Jin menggapai gagang pintu dan membuang muka ke arah lain.

“Hyun Jin-ah…”

Suara itu…sudah 6 tahun sejak terakhir didengarnya ketika di rumah sakit karena insiden ‘penculikan’ itu. Memang sudah sangat lama, namun indera pendengaran dan penglihatan Hyun Jin masih baik. Begitu juga dengan si pemilik suara itu. Kim Jong Woon. Sepupu Kim Heechul.

“Kalian? Saling kenal?” seloroh Heechul sambil bergantian memandang ke arah Hyun Jin dan Jong Woon.

Hyun Jin kembali menatap namja calon suaminya itu. Enam tahun rupanya tak merubah kadar ketampanannya, mungkin menambahnya. Tapi…apakah sifatnya masih sama? pikir Hyun Jin.

“Ne, Hyung. Dialah calon istriku,” ujar Jong Woon sambil tersenyum lembut ke arah Hyun Jin yang kini memasang wajah pasrah. Rae Hee menganga heran.

“Kau tak pernah cerita soal perjodohan pada kami, Hyun Jin-ah,” ujar yeoja itu sambil berkacak pinggang. Selama diperjalanan, Rae Hee dan Heechul memang mendengarkan kisah perjodohan yang diceritakan Jong Woon. Tapi namja itu tak menyebutkan namanya, sehingga wajar kalau Heechul dan Rae Hee sampai menganga lebar.

“Omona ! Jadi…”

“Ada apa ini?” tiba-tiba sebuah suara tak asing menyapa telinga mereka dari belakang. Jung Il Woo.

“Ahh…annyeong haseyo Il Woo Oppa!” sapa Rae Hee sambil sedikit membungkuk. Il Woo mengedikkan kepalanya sedikit, menatap yeodongsaengnya menahan beban di pintu, “Kenapa kau tak mengajak temanmu ke dalam?”

“Hyung…”

Il Woo menoleh ke arah Jong Woon, si sumber suara. Reaksinya nyaris sama dengan  Hyun Jin namun ia tampak lebih bisa menguasai emosinya.

“Neo? Kim Jong Woon?” tanya Il Woo sambil mengamati lekat-lekat calon adik iparnya itu. Jong Woon mengangguk hormat.

Terdengar derap langkah dari arah pintu belakang, lalu muncul Hyebin, Eun Mi, dan Siwon. Mereka heran karena semua temannya berkumpul di ambang pintu depan.

“Ada apa?” Hyebin membuka suara, “omo! Hyun Jin-ah, wae geurae?”

Yeoja itu langsung menghampiri Hyun Jin yang kini sudah bisa menguasai perasaannya. Beberapa kali ia menarik nafas berat.

“Mi…mianhae…kalian masuklah dulu. Aku akan buatkan minuman,” ujar Hyun Jin lalu diikuti ketiga temannya ke dapur. Sementara Jung Il Woo mempersilakan para namja duduk di ruan tamu.

**

Eun Mi melipat kedua tangannya di dada. Matanya menerawang ke arah langit-langit dapur keluarga Jung. Hyebin duduk di salah satu kursi meja makan bersama Rae Hee. Sementara Hyun Jin mengaduk-aduk gelas berisi minuman dingin yang akan dihidangkannya kepada para tamu.

“Jadi, kau sudah dijodohkan dengannya bahkan sebelum kau lahir?” Hyebin menatap Hyun Jin intens. Hyun Jin mengangguk pelan.

“Kau tak menolaknya?” kini Eun Mi bertanya, namun matanya masih menerawang.

“Aku ingin, tapi tak bisa. Aku tak ingin mengecewakan Eomma dan Appa. Juga mendiang Tuan Kim,” ujar Hyun Jin. Rae Hee menarik nafas, “Dia mencintaimu, Hyun Jin-ah.”

Kini giliran Hyun Jin menatap intens pada Rae Hee alih-alih Hyebin, “Maksudmu?”

“Aku mendengarkan ceritanya tadi. Dia bilang ke Korea untuk menemui calon istrinya, tepatnya yeoja pilihan orang tuanya. Heechul sempat mengejeknya, mau-maunya dijodohkan. Kim Jong Woon tersenyum lalu mengatakan bahwa ia telah jatuh cinta pada calon istrinya ketika melihatnya pertama kali saat yeoja itu lahir. Namun ia melakukan kesalahan dan ia sangat menyesal. 6 tahun di London, ia telah berusaha menjadi seorang calon suami yang baik. Begitu kisahnya,” ujar Rae Hee panjang lebar.

Keadaan kembali hening.

“Jika kau tak bisa menolaknya, belajarlah mencintainya Hyun Jin-ah. Seperti aku dan Kibum oppa,” ujar Eun Mi sambil tersenyum ke arah Hyun Jin. Hyebin mengangguk setuju, “Kelihatannya memang dia terbaik untukmu, Chagi. Dia tampan kan?”

Hyun Jin membuang nafas keras-keras, lalu mengangkat baki yang berisi minuman.

“Kajja, aku tak mau dimarahi Oppa jika terlalu lama.”

===============================================================

Kim Heechul’s House

A view days later…

Kim Jong Woon menginap selama sebulan di rumah Heechul, sepupunya. Rumah lamanya sudah dijual karena Nyonya Kim—eomma Jong Woon—tak ingin repot dengan urusan rumahnya selama di London.

Namja itu sengaja pulang ke Korea untuk memenuhi wasiat ayahnya. Menjemput sang calon istri, juga yeoja yang amat dicintainya, yang tak sengaja disakitinya dulu. Namja itu terpekur di atas ranjangnya. Rembulan mengintip dari balik celah jendela yang terbuka. Mata namja itu menatap pada satu titik di atas meja. Sebuah kotak kecil berlapis beludru warna merah. Lalu kemudian matanya berpindah pada sebuah foto ditangannya.

Foto dirinya waktu berumur 5 tahun dengan bayi perempuan dipangkuannya. Bayi itu Jung Hyun Jin, ketika berusia 3 bulan. Jong Woon mendesah pelan, “Hyun Jin…kau benar-benar cantik sekarang.”

Entah mengapa, Jong Woon begitu mencintai yeoja itu. Sejak pertama kalinya ia meliha Hyun Jin tertidur lelap digendongan Nyonya Jung, beberapa hari setelah kematian ayahnya puluhan tahun silam. Ada desiran hangat menjalari hatinya manakala menatap wajah mungil itu selama tumbuhnya, hingga Hyun Jin berusia 3 tahun. Setelah itu keluarga Jung pindah ke Gangnam. Ia tak pernah menemuinya lagi, hingga saat pertemuan pertama mereka kembali dan tahu kalau mereka telah dijodohkan.

Sangat naif jika Jong Woon mengatakan hanya mencintai Hyun Jin seorang. Selama perjalanan hidupnya sebelum bertemu Hyun Jin kembali, sebelum tahu kalau mereka dijodohkan, Jong Woon pernah menyukai seorang yeoja. Sayangnya, yeoja itu mengkhianatinya sehingga membuat Jong Woon sakit hati dan berniat menyendiri. Sampai akhirnya eomma-nya mengatakan kalau ia akan dipertemukan dengan yeoja yang sudah dijodohkan dengannya. Jung Hyun Jin.

Dimata Jong Woon, yeoja itu tumbuh dengan sangat baik. Sayangnya, Hyun Jin sama sekali tak mempunyai kenangan apa-apa bersama Jong Woon semasa kecilnya. Tak ada yang membekas di otak kanak-kanaknya. Jong Woon sadar, dia salah ketika melarikan Hyun Jin seperti waktu itu. Niatnya tak buruk. Hanya ingin memberi kejutan pada Hyun Jin di sebuah taman yang sudah ia atur dengan beberapa bunga heath ungu dan pink kesukaan yeoja itu.

Jong Woon hanya kesal. Yeoja manis itu berteriak-teriak di dalam mobil sehingga memaksanya untuk menghentikan mobil secara mendadak sehingga dahinya terbentur dashboard. Lukanya memang tidak parah. Tapi perasaan yeoja itu terluka oleh sikap Jong Woon yang terkesan arogan.

Bertahun-tahun di London, Jong Woon berusaha menjadi namja yang bisa berlaku sopan terhadap yeoja. Tujuannya hanya satu, membuat Hyun Jin percaya bahwa dia adalah namja yang baik dan  mau menerima perjodohan mereka.

“Kau belum tidur?” tiba-tiba pintu terkuak.

“Oh Hyung!” Yesung terlonjak dari duduknya ketika Heechul datang dengan dua cangkir coffee latte di tangannya.

“Bersabarlah. Yeoja itu memerlukan proses saat menerima kembali kenyataan bahwa dia dijodohkan. Kau hanya perlu meyakinkan dirinya. Aku dan Rae Hee akan membantumu, tenang saja,” ujar Heechul sambil menyodorkan satu cangkir coffee kepada Jong Woon.

“Gomapta, Hyung. Tapi rasanya itu sedikit sulit. Aku takut, dia mempunyai cinta lain dihatinya,” Jong Woon memandangi cangkir di tangannya.

“Dia single hingga saat ini. Percayalah. Dia sahabat yeojaku, jadi aku cukup tahu banyak,” ungkap Heechul.

Hening. Jong Woon dan Heechul sibuk dengan pikirannya masing-masing. Namun tak lama, Heechul beranjak keluar. “Tidurlah. Besok kau bisa ikut denganku ke kampusnya,” ujar Heechul sebelum menghilang di balik pintu.

“Ne, Hyung.”

Jong Woon tersenyum. Dalam hatinya senang begitu tahu kalau ternyata gadis itu ‘setia’ padanya.

===============================================================

Hyun Jin’s Room

At the same time,

Hyun Jin duduk di taman belakang, mengagumi rumpun-rumpun bunga heath yang masih mekar, meski beberapa diantaranya sudah berganti warna menjadi cokelat muda. Pertanda layu. Entah sejak kapan ia mulai menyukai bunga-bunga kecil yang tumbuhnya berumpun itu. Daun-daunnya berbentuk jarum dengan bunga mirip terompet kecil yang tumbuh memenuhi batangnya. Ada berbagai macam warnanya, putih, pink, ungu, merah, dan kuning. Namun Hyun Jin lebih menyukai yang berwarna pink dan ungu. Bunga itu memang tak seharum mawar, namun Hyun Jin menyukai warnanya yang membuat perasaan teduh.

“Bunga Heath atau Erica carnaea, berasal dari dataran Tazmania. Dia mempunyai arti ‘cinta yang bahagia’ atau ‘masa depan yang bahagia meski kau terpisah’. Cocok untukmu, saengi.”

Hyun Jin menoleh ke arah suara. Jung Yong Hwa telah duduk di sampingnya sambil tersenyum.

“Oppa? Kapan kau pulang?” tanya Hyun Jin kaget karena setahunya oppa-nya yang satu ini tak pernah pulang di bawah jam 11 malam.

“Baru saja, Chagi. Kau melamun lagi? Wae geurae?” tanya Yong Hwa sambil mengacak pelan rambut yeodongsaengnya itu. Hyun Jin merenggut manja, “Aku hanya mengagumi bunga-bunga cantik ini Oppa. Eung…Oppa tahu kapan aku mulai menyukai bunga ini?”

Yong Hwa tersenyum manis. Hyun Jin kadang sering berdoa, berharap Yong Hwa bukan oppa kandungnya agar bisa berkencan dengannya. Namja ini memang manis sekali, apalagi saat dia senyum. Wajar banyak yeoja yang meleleh hatinya.

“Tepatnya saat seorang bocah membawakan bunga ini untukmu. Kau tidak ingat? Dulu waktu kau kecil, kalian sering bermain bersama dan dia selalu membawakanmu sebuket bunga heath. Kau tak ingat?”

Hyun Jin kembali memutar-mutar otaknya yang berkapasitas kurang dari 1 gigabyte itu. Mencoba mengingat siapa namja baik hati yang sudah membuatnya cinta pada bunga ini. Namun ia mendesah keras manakala yang berputar di otaknya hanya dua wajah namja tampan dan nakal, salah satunya sedang duduk di sebelahnya ini.

“Babo…mana mungkin kau ingat. Umurmu masih 3 tahun waktu itu,” sela Il Woo yang tiba-tiba datang dengan membawa 3 croissant dan 3 cangkir cappucinno. Namja itu lalu ikut duduk di sisi kiri Hyun Jin.

“Kalau begitu, beritahu aku siapa orangnya. Aku… aku ingin mengucapkan terima kasih padanya,” ujar Hyun Jin tersenyum. Il Woo dan Yong Hwa saling berpandangan.

“Akan kami beritahu. Tapi berjanjilah satu hal pada kami.”

Hyun Jin menaikkan kedua alisnya menatap Il Woo, lalu ia mengangguk, “Baiklah, Oppadeul-ku sayang.”

Hening.

Il Woo menyesap cappucinnonya sementara Yong Hwa mulai menggigit croissantnya. Hyun Jin menatap kedua oppanya. Menunggu.

“Dia…Kim Jong Woon.”

“Jadi sekarang, permintaan kami…Menikahlah dengannya, sesuai keinginan kedua almarhum orang tua kita, Chagiya,” ujar Il Woo lembut sambil mengusap puncak kepala Hyun Jin pelan.

Hyun Jin merasa ada sesuatu yang bangkit dalam dadanya, membuat suara gemuruh yang hanya bisa didengarnya dalam hati. Bibirnya terkatup rapat, matanya langsung menuju rumpun-rumpun heath yang kini mengangguk-angguk tertiup angin.

‘Masa depan yang indah…meski terpisah…’

===============================================================

A month later…

Seorang namja dengan kardigan hitam dan kaus putih di dalamnya, serta celana jeans hitam membalut kakinya, melangkah pelan menuju sesosok yeoja yang berdiri menghadap ke arah sungai Han. Yeoja itu mengenakan terusan berwarna coklat muda, blazer berwarna senada juga dikenakannya. Kakinya dialasi sebuah sepatu wedges bertali hingga betis. Rambut panjangnya digerai sehingga anak-anak angin bisa dengan mudah memainkannya.

“Mianhae, aku terlambat,” ujar namja itu pelan begitu ia menyejajarkan dirinya dengan si yeoja. Yeoja itu menoleh sekilas lalu memberikan senyuman terbaiknya, “Gwenchanna, Kim Jong Woon-ssi.”

“Ini untukmu.” Mata yeoja itu segera tertumbuk pada sebuket bunga heath berwarna pink, ungu, dan putih terangkai indah yang disosorkan padanya.

“Yeppeoda…Gomawoyo, Jong Woon-ssi,” ujar Hyun Jin—yeoja itu—lirih. Kim Jong Woon tersenyum saat melihat betapa Hyun Jin menyukai pemberiannya itu.

Tak ada suara yang memecah kesunyian yang tercipta di antara mereka. Hanya gemericik air sungai dan detak-detak jantung mereka memecah di dalam sunyi batin.

“A..Aku…”

Mereka tiba-tiba bicara bersamaan. Saling menoleh dan kemudian salah tingkah.

“Kau duluan, Jong Woon-ssi,” ujar Hyun Jin.

“Anniya…ladies first,” balas Jong Woon kaku.

Hening lagi.

“Hyun Jin-ah…mianhae…”ujar Jong Woon tiba-tiba. Hyun Jin lalu menoleh ke arah namja yang kini menatapnya itu.

Tangan kanan Jong Woon lalu terangkat dan meraba pelipis Hyun Jin yang dulu terluka akibat benturan itu, “Masih sakitkah?”

Detak-detak jantung Hyun Jin mulai bertalu. Desiran darah dengan seenaknya merambat dari jantung menuju ubun-ubun, namun tak lupa singgah di wajahnya, meninggalkan rona merah yang tampak jelas meski gelap berusaha menyamarkannya. Sekujur tubuhnya membeku saat sentuhan tangan Jong Woon menyapu kulitnya.

“Na…” Hyun Jin ingin sekali menepis usapan yang terasa begitu lembut itu, namun egonya melarang.

“Bogoshippo…Hyun Jin-ah,” tangan Jong Woon kini mendarat sempurna di pipi kiri Hyun Jin, mengelusnya lembut hingga Hyun Jin tercekat.

Hyun Jin membeku di tempatnya berdiri. Efek sentuhan namja ini terlalu dahsyat. Segala kata yang sempat dirangkainya beberapa menit sebelumnya langsung musnah tak bersisa. Lenyap begitu saja dari otaknya. Matanya menatap kedua manik mata hitam Jong Woon yang tajam, namun entah kenapa terasa lembut dan memikat.

“Ah mianhae…” Jong Woon menarik tangannya lepas dari pipi Hyun Jin. Yeoja itu masih mematung.

“Hyun Jin-ah…gwenchanna?” Jong Woon mengibas-ibaskan tangan kanannya di depan muka Hyun Jin, membuat yeoja itu tergeragap.

“Ah…na…nan gwenchanna…mianhae,” ujarnya kaku. Jong Woon menarik nafas lega. “Lalu, apa yang ingin kau katakan?” tanyanya. Hyun Jin memalingkan wajahnya, menatap bunga-bunga heath di dekapannya.

“Ah…itu…emh…gomawo,” ujar Hyun Jin yang benar-benar tak bisa lagi menyusun kata yang seharusnya ia ucapkan kepada Jong Woon.

“Untuk apa?” tanya Jong Woon sambil tersenyum. Matanya menelisik tiap lekuk wajah Hyun Jin yang menunduk malu itu.

“Bunga-bunga ini…aku…aku menyukainya…aku baru tahu jika kau yang mengenalkanku pada mereka,” ujar Hyun Jin kembali mendongak, memberanikan diri menatap wajah Jong Woon. Namja itu tersenyum senang, “Cheonmneyo, Hyun Jin-ah. Aku senang jika kau menyukainya. Heath juga bunga kesukaanku.”

Hyun Jin tersenyum tanpa sadar untuk pertama kalinya. Untuk pertama kalinya ia menyadari betapa inginnya ia memeluk namja di hadapannya ini, mengucapkan terima kasih secara nyata, bukan hanya sekedar ucapan.

“Sebenarnya waktu itu…aku ingin menunjukkan sesuatu padamu. Tapi karena kecerobohanku, aku memberi kesan tak baik di hatimu, Hyun Jin-ah. Mianhae,” ujar Jong Woon sambil meraih tangan kanan Hyun Jin, lalu menciumnya lembut. Hyun Jin terbelalak kaget.

“Jong Woon-ssi…”

“Panggil aku Oppa…seperti kau memanggilku dulu, Hyun Jin-ah.”

“Ah…Ne…Ne … O…Oppa… Jong Woon Oppa,” balas Hyun Jin terbata. Jong Woon maju selangkah, menyisakan jarak 10 centi di antara mereka. Lalu, Jong Woon menunduk tepat di tengkuk Hyun Jin. Yeoja itu bahkan bisa merasakan hangat hembusan nafas namja yang nyaris membuatnya melayang. Namun, sedetik kemudian terdengar desah lembut, “Jadi…maukah kau sekarang menerimaku sebagai namjachingu-mu, Nona Jung?”

===============================================================

Jung Family’s House

07.25 KST

-TOK TOK TOK-

Hyun Jin menggeliat di balik selimut bulunya yang tebal. Matanya masih tertutup saat di dengarnya ketukan samar di pintu.

-TOK TOK TOK-

“Ahhh…nu…gu…ya…? Yong Hwa Oppa? Aku masih mengantukkk…ooaahhmmmm…..” balas Hyun Jin sambil membenamkan lagi wajahnya di bantal.

“Na ya, Chagiya!”

Seketika Hyun Jin membelalakkan matanya, tubuhnya juga sontak bangkit dari tidur begitu mendengar suara itu.

“Jong Woon Oppa?!” desisnya. Lalu segera saja ia berlari ke pintu dan membukanya.

Good morning, Chagiya. Wah…mianhae aku membangunkanmu lebih awal. Tapi kau ingat hari ini ada tes TOEFL?” ujar Jong Woon yang pagi ini terlihat sangat kasual dengan celana denim cokelat muda dan kaus putih tanpa lengan.

“OMO!!! TOEFL?! GYAAAAAA!!!!!!”

-BLAAAM-

Dengan sembarangan yeoja itu menutup pintu kembali dengan kasar tepat di depan wajah  Jong Woon.

“Dia memang begitu,” ucap Il Woo yang tiba-tiba muncul di tangga, “ ayo Jong Woon-ah, kita sarapan dulu.” Jong Woon lantas beranjak mengikuti Il Woo turun ke ruang makan.

Sudah sebulan sejak pernyataan cinta itu dicetuskan dan Hyun Jin menerimanya Jong Woon sebagai namjachingu-nya. Hal itu disambut gembira oleh sahabat-sahabatnya. Bahkan si evil Kyu berteriak kencang, “Akhirnya kau laku juga!” yang langsung mendapat jitakan dari Yeon Hyo dan tawa keras dari Kibum dan  Heechul. Sementara Siwon menjadi pendeta dadakan yang langsung memberkati, “Semoga kalian menjadi pasangan yang bahagia sepanjang masa.”

Hyebin, Rae Hee, dan Eun Mi hanya memberi pelukan tanda selamat. Tentu saja mereka bahagia karena satu sahabatnya ini akhirnya mau membuka hati untuk orang yang dijodohkan dengannya.

“Kau tak akan tahu jika tidak mencobanya,” begitu kata Eun Mi sambil tersenyum saat Hyun Jin menceritakan bagaimana resahnya ia sebelum menjawab pertanyaan Jong Woon. Namun, terlepas dari semua itu, Il Woo dan Yong Hwa hanya berharap yang terbaik untuk dongsaeng mereka. Mereka yakin, Tuan Jung Il Hwa memang memilihkan yang terbaik untuk Jung Hyun Jin.

**

Hyun Jin keluar dari ruangan ujian dengan muka lusuh. Tentu saja! Ia tak mandi tadi pagi, hanya cuci muka dan menyemprotkan parfum hingga habis seperempat botol! Yong Hwa sampai menggerutu karena parfum itu dibelinya di Paris langsung saat ia dan band-nya mengadakan konser di sana.

“Kalau begitu kau menggunakan parfum, aku tak mau membelikannya lain kali! Itu pemborosan, Hyunnie-ya!” teriak Yong Hwa tadi pagi di depan Jong Woon. Tapi Hyun Jin menulikan telinganya dan langsung menarik Jong Woon agar segera mengantarnya ke kampus.

Hubungannya dengan namja itu berjalan dengan baik. Perlahan, ia menyadari betapa ia menyayangi namja pendiam dan aneh itu. Ya, setelah sebulan bersama, Hyun Jin mengetahui bahwa Jong Woon adalah pribadi yang pendiam dan kalem, namun sekalinya berbicara ia akan bicara panjang lebar. Hobinya adalah menonton film dan main sepak bola. Dan satu hal yang paling ia suka adalah…suara emas Jong Woon. Suaranya yang khas mampu melelehkan hati Hyun Jin seketika. Selain itu, Jong Woon mempunyai sifat yang sangat perhatian terhadap hal sekecil apapun.

“Jung Hyun Jin! Kaukah itu?”

Hyun Jin berhenti tepat di depan ruang rektorat karena mendengar namanya dipanggil oleh suara yang tak asing. Yeoja itu berhenti seketika.

‘Suara itu…tak mungkin…tak mungkin dia di sini…’ batin Hyun Jin. Derap langkah mendekatinya, “Jung Hyun Jin!”

Sebuah tepukan di pundak mau tak mau membuat yeoja itu menoleh dan…

“Zhou….Zhou Mi gege?” sahutnya pelan begitu mendapati sesosok tubuh tinggi dengan wajah maskulin tersenyum padanya.

“Annyeong haseyo, Hyun Jin-ah. Apa kabarmu?” sapa namja jangkung yang bernama Zhou Mi. Bekas tetangga yang dulu pernah dicintainya itu. Hyun Jin tergeragap, pesona yang ditebarkan namja ini masih begitu kuat di perasaan Hyun Jin.

“Gege, aku baik-baik saja. Zhou Mi Ge, bagaimana? Sedang apa disini?” tanya Hyun Jin ketika sudah bisa menguasai dirinya sendiri. Namja chinnese itu tersenyum, “Aku baik-baik saja, Hyunnie. Aku mengajar sastra Chinna di sini mulai hari ini.”

“Mwo?! Jadi Gege menjadi profesor disini sekarang? Daebak!” pekik Hyun Jin yang sangat kentara ia kegirangan. Zhou Mi tersenyum, lalu mengacak pelan rambut Hyun Jin, “Bogoshippo, Hyunnie!”

-DEG-

Tak jauh dari dua orang itu berdiri, satu hati seketika berdetak kencang. Matanya menatap tajam ke arah dua orang yang kini sedang tertawa. Ia tak rela, yeojachingu-nya disentuh oleh namja lain selain dia!

===============================================================

Jung Il Woo dan Jung Yong Hwa seketika membelalak kaget.

“Me…menikah?! Minggu depan?” suara Yong Hwa bergetar, matanya menatap Jong Woon lekat-lekat. Il Woo menarik nafasnya dalam-dalam, “Ini terlalu mendadak. Sebenarnya ada apa Jong Woon-ah? Tiba-tiba saja kau ingin mempercepat pernikahanmu dengan Hyun Jin.”

Kim Jong Woon menatap kedua kakak beradik Jung dengan tatapan serius.

“Aku sangat mencintai Hyun Jin dan aku tak ingin lagi kehilangan dia, Hyung!” ucap namja itu meyakinkan. Il Woo dan Yong Hwa berpandangan.

“Tapi dia masih kuliah,” ujar Yong Hwa. Il Woo mengangguk.

“Aku tak akan menyentuhnya hingga ia lulus kuliah. Aku hanya menginginkan keterikatan yang sah, baik di mata hukum dan agama,” balas Jong Woon tegas.

“Tapi kami sebagai wali tak bisa mengambil keputusan sepihak. Kau, bicarakanlah dulu dengan Hyun Jin. Aku dan Yong Hwa akan setuju saja, toh kalian memang sudah dijodohkan,” ujar Il Woo sambil tersenyum. Yong Hwa mengangguk-angguk setuju.

“Geurae…aku akan bicarakan ini dengan Hyun Jin,” ucap Jong Woon sambil tersenyum.

**

Hyun Jin berlari-lari kecil ke arah porsche hitam yang menunggunya di parkiran. Jong Woon menyambutnya dengan senyum.

“Oppa! Kau sudah lama menunggu?” sapa Hyun Jin riang. Jong Woon langsung menariknya ke dalam pelukan, “Tak masalah jika harus lama menunggumu, Chagiya.”

“O…Oppa…lepaskan, aku malu,” ujar Hyun Jin sedikit meronta dalam pelukan Jong Woon. Mata Jong Woon melekat pada namja yang mengikuti Hyun Jin tadi. Zhou Mi.

“Malu pada siapa?” Jong Woon akhirnya melepaskan pelukannya dengan hati-hati. Bibirnya mengulas senyum, begitu menggoda.

“Jadi, kaukah calon suami Hyun Jin?” tanya Zhou Mi pelan, namun cukup keras hingga Hyun Jin bisa mendengarnya. Jong Woon menarik Hyun Jin ke belakang tubuhnya, seolah hendak menyembunyikan yeojanya, “Ne. Joneun Kim Jong Woon imnida. Calon suami Hyun Jin. Dan kami akan menikah minggu depan. Jadi, jangan dekati calon istriku, siapapun dirimu.”

“Zhou Mi Ge. Kau berkata begitu seolah-olah kau sudah tahu bahwa aku punya calon suami…aku merasa tak pernah menceritakannya padamu,” balas Hyun Jin heran. Zhou Mi menatap tajam pada Hyun Jin dan Jong Woon.

“Aku sudah lama tahu, Hyunnie. Oleh karena itu, aku terpaksa mengubur dalam-dalam cintaku untukmu karena kedua oppa-mu melarangku mendekatimu! Dan Victoria…dia…dia hanya sepupuku! Aku tahu dulu kau mencintaiku, Hyunnie! Kau harusnya tahu bahwa aku juga mencintaimu, tapi aku tak bisa mengungkapkannya…” ujar Zhou Mi nyaris berteriak. Seluruh mahasiwa dan beberapa profesor yang sedang ada di parkiran tentu saja segera mendekat menyaksikan tontonan gratis ini.

Hyun Jin tercekat. Jadi…sebenarnya dulu perasaan Hyun Jin terbalas oleh Zhou Mi, sayangnya Il Woo dan Yong Hwa menghalangi.

“Kau pengecut, Ge !! Harusnya kau mengatakan itu dulu! Sekarang aku sudah tak memiliki perasaan apapun untukmu! Semuanya sudah aku kubur, mianhae!” Hyun Jin berkata demikian lalu berlari keluar area parkir.

“CHAGIYA!”

“Kau menghancurkan semuanya!” desis Jong Woon lalu masuk ke dalam mobil dan segera mengejar Hyun Jin.

Zhou Mi terpaku di tempatnya. Hatinya menggeram kesal.

===============================================================

Hyun Jin menangis sepanjang jalan tanpa mempedulikan tatapan heran orang-orang yang dilaluinya. Ponselnya tak berhenti berdering sejak tadi. Displaynya menunjukkan nama-nama sahabatnya memanggil. Ia tak peduli dan terus berlari.

Hyun Jin masuk ke sebuah area taman yang sepi. Mentari mulai beranjak ke barat, bias-bias cahayanya jatuh menerpa dedaunan. Sedikit awan berusaha menghalangi sinarnya.

Hyun Jin lalu duduk di sebuah bangku taman. Masih sesegukan, pikirannya mulai meronta. Dulu ia begitu mencintai Zhou Mi meskipun ia tahu kalau ia dijodohkan dengan Kim Jong Woon. Karena perjodohan itu Zhou Mi meninggalkannya dan rela mengubur cintanya. Tapi sekarang, disaat ia sudah melupakan cintanya pada Zhou Mi dan jatuh cinta pada namja yang dijodohkan untuknya, kenapa Zhou Mi datang menguak kebenarannya? Apa maksud namja itu?! Mempermainkan perasaannya? Menghancurkan hubungannya dengan Jong Woon?

TIIINNNN TIIINN !!!

Hyun Jin menoleh ke arah sumber suara. Porsche hitam milik Jong Woon terparkir di seberang jalan. Hyun Jin lalu berdiri hendak lari lagi. Ia tidak marah pada Jong Woon, namun untuk saat ini ia hendak sendiri.

CKKKIIIIIITTTTT!!!!!!! BBRRAAAKKKKK!!!

“HYUN JIN!!!!”

=============================================================

A few months later…

Rumpun-rumpun heath di sebuah taman di depan rumah yang bertipe minimalis mulai memekarkan bunga-bunganya. Kali ini tak hanya warna ungu dan pink. Tapi juga warna kuning, merah, dan putih. Taman kecil itu penuh dengan bunga-bunga heath yang indah. Seorang yeoja berjongkok di sela-sela rerumpunan itu sambil sesekali membelai kuncup-kuncup bunga yang belum mekar.

“Ya! Kim Hyun Jin! Jangan kau sentuh bunga-bunga yang belum mekar itu, eoh!” teriak seorang namja yang berdiri di ambang pintu sambil memegang secangkir espresso. Yeoja itu menoleh ke arah sang namja lalu mencibir.

“Ya! Kim Jong Woon, aku hanya sedang mengaguminya saja!” balas yeoja itu sambil bangkit dan berjalan menuju beranda, tempat namja itu berada.

Namja itu tersenyum, lalu berjalan pelan ke arah kursi. Langkahnya pelan, seolah terpaksa menarik kakinya untuk berjalan. Hyun Jin langsung berlari ke arah Jong Woon yang kini sudah resmi menjadi suaminya.

“Yeobo, gwenchanna? Appoyo?” tanyanya dengan raut wajah cemas. Kedua tangannya meraih tangan Jong Woon.

“Nan gwenchanna, Yeobo…” Jong Woon melirik kaki kanannya. Anni…tepatnya kaki kanan palsunya yang dipasang karena kaki aslinya terpaksa diamputasi karena kecelakaan 8 bulan silam. Ya, kecelakaan yang dialaminya saat hendak menyeberang ke tempat Hyun Jin. Dan yang menabraknya adalah Zhou Mi yang geram dan benci pada Jong Woon.

“Mianhae…” ucap Hyun Jin lirih. Ia benar-benar merasa bersalah telah membuat orang yang mencintainya itu harus kehilangan satu kakinya.

“Ya! Untuk apa kau minta maaf?” tanya Jong Woon heran. Ia lalu menarik Hyun Jin hingga duduk dipangkuannya. Hyun Jin hendak bangun lagi agar tak membebani kaki Jong Woon yang palsu, tapi Jong Woon menahannya.

“Aku membuatmu seperti ini…”

Jong Woon menggeleng, “Dengarkan aku Nyonya Kim. Aku sama sekali tak menyalahkanmu karena kau memang tak salah. Ini adalah takdir kita. Aku lebih rela kehilangan kakiku daripada kehilanganmu lagi untuk yang kesekian kalinya, Yeobo. Seperti kau menyayangi bunga-bunga heath itu…aku pun menyayangimu karena hanya kaulah satu-satunya bunga heath yang abadi di hatiku, Yeobo. Gomawo sudah mencintaiku yang penuh kekurangan ini…saranghae…” ucap Jong Woon panjang lebar yang sukses membuat Hyun Jin meneteskan air matanya. Serta merta, yeoja itu mengalungkan kedua lengannya di leher nampyeonnya.

“Nado gomawo Yeobo! Nado saranghamnida!!” isak Hyun Jin. Ia terharu dan untuk kesekian kalinya menyadari bahwa ia sangat-sangat-sangat mencintai namja ini

Hyun Jin melepaskan pelukannya saat Jong Woon memegang pipinya lembut, lalu Hyun Jin merasakan hangat tangan Jong Woon menarik tengkuknya agar mendekat. Saat hidung mereka bersentuhan, refleks Hyun Jin memejamkan matanya. Sedetik kemudian ia merasakan sentuhan lembut bibir Jong Woon di bibirnya, yang juga dibalasnya dengan lembut.

Dalam hati ia sangat bersyukur ayahnya memilihkan seorang namja yang juga balas mencintainya dengan tulus. Meski banyak hal yang membuat mereka terpisah, namun pada akhirnya mereka tetap bersatu. Ia bahagia…sangat bahagia…

Seperti arti bunga heath

‘Masa depan yang bahagia…’

====================== THE END=========================